Mimpi Besar Gadis Gaza Setelah Kuliah di Oxford

By nova.id, Sabtu, 6 April 2013 | 06:11 WIB
Mimpi Besar Gadis Gaza Setelah Kuliah di Oxford (nova.id)

Mimpi Besar Gadis Gaza Setelah Kuliah di Oxford (nova.id)

""

Salah satu daerah konflik yang terus memanas seperti Gaza ternyata masih memiliki banyak impian bagi warganya dan tidak menyurutkan para generasi muda untuk mencapai cita-citanya. Salah satu yang membuktikan adalah Rawan Yaghi, mahasiswi Universitas Islam di Gaza yang mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi ternama, Universitas Oxford Inggris. Rencananya Yaghi akan bersekolah di sana selama empat tahun untuk mendalami linguistik dan bahasa Italia.

Remaja putri 19 tahun ini beruntung karena mendapatkan beasiswa dari 4 lembaga yang bersedia menyediakan dana termasuk salah satunya Universitas Oxford sendiri yang menghapus 60 persen  uang kuliah bagi gadis ini. Biaya kuliah dan biaya hidup di Oxfor diperkirakan mencapai Rp 441 juta pertahun. Nah, untuk biaya kehidupan sehari-hari selama berkuliah di Inggris, Yaghi pun tidak perlu bingung berkat Emily Dreyfus yang berinisiatif menggalang dana kepada rekan-rekannya yang berkampus di sana serta para alumnus Universitas ini.

Dikatakan oleh Emily bahwa inisiatif ini tercetus setelah mendapati bahwa hanya segelintir warga Gaza yang berkesempatan untuk kuliah di Oxford. Dan sejak awal para mahasiswa juga ikut mendukung prakarsa ini. Lebih lanjut dijelaskan oleh Emily walaupun sumbangan tidak terlalu banyak namun ia berharap dapat membantu dan memberikan manfaat kepada Yaghi.

Dalam wawancaranya Yaghi mengungkapkan bahwa ia sangat senang atas beasiswa yang diterima dan tak sabar ingin memulai kuliahnya. Ia juga optimis akan berhasil menyelesaikan dengan semangat yang dimiliki walaupun sulit.

Tak hanya mengejar cita-cita, Yaghi pun mengungkapkan bahwa ia memiliki misi khusus ke Oxford. Ia ingin menunjukkan bahwa warga Gaza hidupnya tidak hanya dipenuhi oleh perang saja tetapi banyak keluarga, sahabat dan cinta yang akhirnya membawanya ke impiannya.

Swita/BBC