Atas deportasi ini, Ratcliffe mengaku tuduhan para petugas imigrasi bandara Srilanka tidak beralasan. Ia juga mengaku, tato Buddha di tangannya bukanlah penghinaan melainkan sebuah penghormatan kepada Buddha.
Ratcliffe, yang merupakan pensiunan petugas kesehatan dan fotografer amatir ini, dihentikan saat ia hendak meninggalkan bandara Bandaranaike International Airport setelah sebelumnya ia menaiki penerbangan non-stop selama 12 jam dengan rute London-Malaysia.
Meski sudah memiliki visa turis, Ratcliffe mengaku ditahan di area imigrasi karena petugas melihat dirinya menggulung lengan kaosnya sehingga memperlihatkan tato bergambar Buddha di lengan atasnya.
"Setelah petugas melihat tato itu, dia seperti orang gila. Saya bisa melihat dari wajahnya, dia tampak sangat marah dan bilang bahwa saya harus kembali ke London," ujarnya kepada BBC. Paspor pria ini kemudian ditahan selama satu setengah jam. "Selama itu terjadi, mereka membawa orang-orang untuk melihat tato saya. Semuanya menggelengkan kepala."
Saat Ratcliffe berusaha mendapatkan paspornya kembali, "Para petugas malah menyuruh saya untuk diam dan menolak berkomunikasi dengan saya."
Padahal alasan Ratcliffe membuat tato tersebut adalah, "Saya suka seni, dan karena saya juga percaya filosofi agama Buddha dan pengikut agama ini selama beberapa tahun terakhir, saya percaya ini adalah sebuah penghormatan."
Pada akhirnya, Ratcliffe memang diizinkan untuk terbang ke Kuala Lumpur, namun harus menghadapi berbagai pertanyaan administratif ketika mendarat. "Seluruh pengalaman ini sempat membuat saya syok," akunya.
Ajeng