Kini, berbagai aplikasi dan software gratis untuk saling bertukar foto, lokasi, dan chatting bertebaran di dunia maya. Anak-anak di bawah umur bahkan tidak butuh kartu kredit ataupun selular pintar untuk mengakses berbagai aplikasi gratis ini. Cukup dengan koneksi internet saja.
Para ahli mengatakan, cara terbaik untuk mengingatkan anak akan bahaya yang mengintai dari dunia maya adalah dengan berbincang dengan mereka. Buatlah percakapan yang jujur dengan mereka tentang kontrol privasi dan jangan bosan mengingatkan mereka bahwa apapun yang kita posting ke dunia maya tak akan pernah hilang, meski beberapa software mengaku dapat menghilangkan postingan tersebut.
"Percakapan penting dengan anak yang setara dengan pendidikan seks di jaman dahulu saat ini, adalah percakapan tentang pengetahuan teknologi," ujar Rebecca Lavey, ibu dua anak remaja yang juga pemilik website bernama KidsVuz.com dan blog yang berisi tentang teknologi dan pendidikan.
Lebih dari tiga per empat anak remaja sekarang memiliki telepon selular dan akun media sosial seperti Facebook, lapor Pew Research Center's Internet and American Life Project. Namun yang lebih berbahaya dari Facebook, menurut laporan yang sama, adalah berbagai aplikasi seperti Snapchat dan Kik Messanger yang bisa digunakan penggunanya secara privat, tanpa dilihat kawan-kawan jejaring sosial yang lain.
Berbagai aplikasi ini membuat banyak pengguna beralih dari media sosial yang diciptakan Mark Zuckerberg ini. Bahkan, Facebook sendiri menyadari hal ini. Baru-baru ini, Facebook mengeluarkan peringatan bagi anak-anak di bawah umur yang menjadi penggunanya. Peringatan itu berbunyi, "Kami yakin bahwa beberapa pengguna layanan kami, terutama yang berusia muda, memahami dan menggunakan produk dan servis yang serupa, atau menggantikan, Facebook."
Bahayanya berbagai aplikasi privat ini, banyak kaum pendidik mengungkapkan bahwa mereka banyak melihat banyak kasus di mana anak-anak usia sekolah saling mengirim foto telanjang kepada kekasih mereka melalui telepon selularnya. Kebanyakan orang tua, ujar mereka, sama sekali tak tahu anak mereka berbuat hal seperti itu. Maka, sebut artikel tersebut, memberi pengertian kepada anak adalah cara terbaik untuk 'berperang' melawan teknologi yang tak terbendung ini.Ajeng