40 Hari Abi

By nova.id, Senin, 18 Maret 2013 | 11:39 WIB
40 Hari Abi (nova.id)

40 Hari Abi (nova.id)

"Orangtua Abi. Foto: Henry/NOVA "

Sudah 40 hari Israq Abimanyu (11) alias Abi berpulang. Bocah yang 7 bulan koma karena mengidap kanker otak ini sudah dimakamkan di Ampang Kualo, Solok (Sumatera Barat).  Minggu (17/3) orangtua Abi pasangan Tri Mulyani (39) dan Sudiro Wiharja mengadakan acara 40 hari meninggalnya Abi di masjid Nurjanah tak jauh dari rumah kontrakan mereka di Gang H. Ahmad Sairan, Cawang, Jakarta Timur.

Acara yang dimulai pukul 13.00 dihadiri sekitar seratusan orang. "Kami mengundang warga sekitar, termasuk anak-anak yatim. Kami tidak bekerja sama dengan yayasan sosial, kok. Kami hanya mengumpulkan anak-anak yatim yang tinggal di sekitar rumah kontrakan," kata Sudiro.

Yani, sapaan Tri Mulyani, menambahkan, "Kebetulan, selama ini masjid Nurjanah sudah secara rutin menyantuni anak-anak yati. Jadi, klop dengan keinginan kami. Sebelulumnya, kami juga beberapa kali memberi santunan kepada anak-anak yatim. Ketika Abi masih sakit, kami juga menyelenggarakan acara buka puasa bersama mereka," papar Yani.

Dalam acara 40 hari kepergian Abi, lanjut Yani, "Kami kirim doa untuk Abi. Setelah itu memberi makanan dan uang kepada anak-anak," ujar Yani yang ingin membawa spirit baru setelah kepergian Abi.

Bagi Yani dan Sudiro perjalanan mendampingi Abi semasa sakit, telah memberikan spirit baru dalam kehidupan mereka.  "Ada yang bertanya, setelah Abi meninggal, lantas apa? Buat saya sekeluarga, tentu ingin membuat hidup kami lebih berarti. Untuk pribadi, kami ingin pindah rumah ke tempat yang lebih baik, tentu sesuai kemampuan kami.".

Namun, yang jauh lebih penting bagi Yani, mereka ingin bisa berbuat sesuatu kepada masyarakat. Gagasan mereka, "Kami akan membuat rumah cinta. Ini bukan berbentuk yayasan yang resmi-resmian. Hanya nonformal. Nah, lewat rumah cinta, kelak saya ingin mengangkat anak asuh. Kami ingin mendidik seperti anak kandung.  Kepergian Abi, kan, sudah banyak memberi spirit dalam perjalanan hidup kami. Makanya kami ingin melanjutkan bisa memberi spirit kepada anak-anak lain."

Yani menerangkan, kebiasaan dekat dengan anak-anak kurang mampu sudah dilakukan sejak Abi masih ada. Cara yang mereka lakukan bisa secara sederhana. Bersama Abi, mereka membawa mi instan kepada anak-anak yatim. Lalu, mereka berkumpul membaca doa bersama. Di kala lain, mereka membagikan buku dan alat tulis kepada teman-teman yang membutuhkan. "Kami memang ingin mendidik Abi agar perhatian pada anak-anak yang membutuhkan," tandas Yani.Sekarang, spirit berbagi itulah yang ingin terus dihidupkan Yani dan Sudiro. "Abi memang sudah tiada, tapi spirit perjuangan hidupnya masih ada." Henry