Meski ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Solihin melakukan pebruatan itu akibat kejiwaannya tidak stabilpasca ditingal istrinya, namun dirinya tidak percaya. "Saya tidak percaya, dia orang waras, makanya dia harus dihukum seberat-beratnya," katanya beralasan.
Bahkan lanjut Misnawi, kekerasan yang dilakukan oleh Solihin tersebut bukan sekali ini saja, tapi sudah kelima kalinya. Hanya saja, yang empat orang korban lainnya itu tidak sampai meninggal dunia tapi luka-luka saja.
Menurut Misnawi, kalau dilihat dari lukanya, pembunuhan itu dilakukan dengan cara membentur-benturkan kepala fahrike tembok, lalu setelah meninggal dunia kemudian jasad dibiarkan di sebelah rumah baru keesokan harinya dicor semena dengan tujuan supaya tidak bau.
Bagi Misnawi kepergian anak bungsunya tersebut merupakan cobaan terberat baginya. Ia tak bisa melupakan dengan sikap Fahri yang lucu dan cerdas. "Meski dia belum sekolah dan mengaji, tapi dia sudah hafal dengan ayat-ayat pendek. Setiap hari ketika saat mendengar ayat suci berkumandang dari masjid dia berusaha menirukan," kata Misnawi mengenang anak kesayangannya.
Gandhi Wasono