Namun menurut Ilma Sovri Yanti, Koordinator Eksekutif Satgas PA, jika memang kesepuluh rumah sakit tersebut belum bisa memberikan bantuan yang dibutuhkan Dera. "Ada kejanggalan pada pelayanan rumah sakit tersebut, saat pak Herman menyampaikan surat rujukan (dari RS Zahira tempat Dera dan Dara dilahirkan, Red.) pihak rumah sakit langsung merespon, 'maaf sudah penuh'. Itu kejanggalannya," tandas Ilma kepada tabloidnova.com.
Hanya satu dari sekian rumah sakit yang bertindak lebih profesional, RSCM merupakan satu-satunya rumah sakit yang bersedia memproses dan melakukan pengecekan dahulu ke dalam fasilitas RS yang tersedia. "Hanya RSCM yang sempat meninggalkan Pak Herman sekitar sepuluh menitan ke (lantai) atas. Kemudian turun dan mengatakan tidak ada tempat," ujar Ilma lagi.
Masih menurut pengamatan satgas PA, yang seharusnya terjadi surat rujukan RS Zahira dibaca dan dikoordinasikan dulu. "Layaknya rujukan setelah dibaca , paling tidak selanjutnya dilakukan koordinasi maupun memantau komputer dulu. Ini enggak. Pihak rumah sakit yang menerima langsung menyatakan tidak ada kamar, dan ini kejanggalan dalam pelayanan," ungkap Ilma.Masih menurut Ilma, kendati tidak ada bahasa yang lugas 'menolak' permintaan Herman. Namun perkataan tidak ada kamar yang secepat kilat ini menimbulkan kesan rumah sakit 'tidak berpihak pada rakyat miskin'. Padahal Herman yang pontang-panting mencoba menyelamatkan cucunya juga awam dan tidak paham seberapa penting alat PICU yang dibutuhkan Dera cucunya saat itu. "Pak Herman hanya berusaha mencari rumah sakit untuk menyelamatkan cucunya. Dan ternyata beliau berhadapan dengan birokrasi rumah sakit," tandas Ilma.
Atas kejadian ini, Satgas PA bertekad akan mendampingi proses audit dalam pelayanan publik dan penanganan layanan kesehatan masyarakat kecil. Masyarakat perlu mendapat layanan yang baik karena Pemda DKI Jakarta yang telah membebaskan biaya.
Laili Damayanti