Kala itu, IA masih sebatas ditetapkan sebagai saksi kunci. Setelah polisi melakukan pemeriksaan intensif, ternyata Rasya tewas di tangan IA. Kepada polisi, IA mengaku kesal karena bayi itu terus rewel. Ia membelit leher bayi malang itu sampai akhirnya tewas. "Saya mendengar dari polisi, ternyata IA adalah pembunuh anak saya. Sungguh saya sama sekali tak menyangka," tutur Yanti dengan nada gundah.
Yanti mengisahkan, IA baru tiga bulan ini bekerja sebagai pengasuh anak. "Awalnya saya minta tetangga untuk mencarikan pembantu. Kebetulan saya dan suami, kan, bekerja. Lalu, IA datang ke rumah. Ia mengaku belum pernah merawat bayi. Waktu itu, saya masih cuti setelah melahirkan. IA saya ajari bagaimana memandikan Rasya dan merawatnya. Dia tampak cepat sekali adaptasi. Baru beberapa hari, ia sudah terampil merawat Rasya," kata Yanti yang menggaji IA Rp 650 ribu per bulan ditambah uang saku per hari Rp 5 ribu.
IA juga menunjukkan perilaku yang baik. "Sikapnya sopan dan tampak sayang banget sama Rasya. Makanya saya tenang saja ketika kembali mulai kerja. IA datang pagi sebelum saya berangkat kerja, jam 17.00 ia pulang ke rumahnya. Tugas utamanya hanya merawat Rasya. Kalau dia senggang, barulah melakukan pekerjaan lain seperti mencuci dan menyeterika," papar karyawati perusahaan travel ini.
Kepada dua kakak perempuan Rasya yang masih balita, "IA juga tampak sayang. Kedua putri saya tak pernah mengadu tentang kelakuan IA. Jadi, semua baik-baik saja."
SUKA BOHONG
Ternyata, kelembutan IA hanya omong kosong. "Terbukti ia tega membunuh Rasya. Rasya, kan, tidak bisa apa-apa. Kenapa dia tega melakukannya?" gugat IA. "Apalagi ia mengaku jengkel karena Rasya rewel. Menurut saya pengakuannya tidak benar. Selama ini, Rasya bukan anak yang cengeng. Dia jarang rewel." Belakangan Yanti paham, IA ternyata suka berbohong. "Kemarin suaminya datang untuk mengucapkan bela sungkawa. Rupanya, ia membohongi suaminya. Ngakunya, sih, kerja di mal. Penampilannya memang rapi. Pakai celana jeans dan selalu bawa tas," papar Yanti.
Suami IA juga datang sambil membawa beberapa boneka milik keluarga Yanti. "Rupanya, IA beberapa kali mencuri boneka milik anak-anak. Selama ini saya enggak tahu, karena jumlah boneka anak-anak termasuk banyak."
Kebohongan IA lain, "Saat ia diperiksa di kantor polisi, IA mengaku pernah hampir saja diperkosa om saya. Akibatnya, om saya sampai diperiksa polisi. Belakangan baru ketahuan, cerita IA tidak benar."
Yanti pun berharap, IA bakal dihukum berat sesuai dengan perbuatannya. "Maunya sih dihukum mati, jangan hanya 15 tahun," ujar Yanti yang trauma akibat kejadian itu. "Setidaknya ini jadi pelajaran buat saya dan ibu-ibu yang lain. Harus hati-hati memilih pembantu. Saya sendiri baru terpikir untuk kerja di rumah saja. Saya jadi tidak tega meninggalkan anak-anak."
Kembali Yanti teringat Rasya. "Sungguh dia anak lelaki yang sudah lama saya idam-idamkan. Sayang, umurnya begitu pendek."
Henry Ismono