Paket yang tertera nama pengirim yakni Kasdio dari Gringsing, Batang, Jawa Tengah itu akhirnya diledakkan oleh tim Jibom Gegana Polda Metro Jaya dan isinya memang rangkaian kawat tembaga menyerupai kumparan (melilit batang besi), beberapa rangkaian kabel, juga kondensor.
"Paket yang dikirim via kantor pos bandara memang terpantau dalam X-ray ada sesuatu yang mencurigakan. Diduga ada kaitan dengan alat elektronik," ungkap Kabidhumas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto didampingi Kapolres Bandara Soetta, Kombes Pol CH. Patoppoi, menjelaskan alasan polisi menurunkan tim penjinak bom.
Kendati akhirnya tidak terbukti, Rikwanto memastikan jika tim penjinak bom telah memastikan paket sesuai Standard Operation Procedure. Setelah melihat paket lewat X-ray, polisi kemudian mengusut alamat dan pengirim yang tertera pada paket. "Paket memang dikirim Kasdio kepada Warto, rekannya sesama transmigran di Merauke, Papua. Kasdio sendiri telah kembali ke Batang (dari transmigrasi) sejak tahun 1994. Kebetulan yang dituju memang seorang petani (pencari ikan)," tambah Rikwanto.Dalam penelusuran, penyidik dibantu dengan Polda Jateng dan Polda Papua menelusuri alamat dan memastikan memang benar adanya. Pada hari itu juga yang bersangkutan dikonfirmasi dan dibawa ke Jakarta untuk memastikan paket.
Sejak dari pemeriksaan awal, Kasdio sang pemilik paket memastikan jika dirinya tidak memiliki aktivitas yang dituduhkan. Namun paket yang dikirim atas permintaan rekannya, Warto, memang untuk keperluan pekerjaan sehari-hari Warto sebagai petani dan pencari ikan.
"Paket ini ternyata adalah alat untuk mencari ikan yang dirangkai sendiri oleh yang bersangkutan. Kumparan-kumparan tersebut merupakan alat penguat arus untuk mencari ikan di sungai atau danau," jelas Rikwanto.
Ketika dalam mengemas paket, Kasdio yang mengepak sesuai kemampuannya tidak bisa mengemas layaknya paket elektronik. Paket yang acak adul ini kemudian dilihat di bawah X-ray sebagai sebuah barang yang mencurigakan.
Laili