Rasa bangga dan kecewa bercampur aduk di benak Filda Kusuma Agustin (26) atau Fifi setiap mengingat mendiang suaminya, Briptu Prayoga Ardy Prihanto. Bangga karena selama lima tahun perkawinan, Yoga bersikap baik padanya serta keluarganya.
Di sisi lain, Fifi kecawa karena cintanya telah dikhianati. "Tapi sudahlah, semua itu sudah saya ikhlaskan. Biar Mas Yoga tenang di alam sana," kata ibu satu anak ini.
Saat ditemui di rumahnya, Desa Dawuhan, Blitar, Jumat (25/1), Fifi bertutur, tabir gelap itu baru terungkap setelah sang suami tiada. "Kalau teringat itu, rasanya sedih, kenapa semua ini terjadi."
Guru honorer SD ini bertutur, tahun 2008 suaminya mengaku punya teman dekat bernama Wati, seorang SPG produk rokok. "Sebagai perempuan, saya tentu kecewa dan jengkel. Tapi karena Mas Yoga sudah jujur dan bilang tak akan meneruskan hubungannya dengan perempuan itu, ya, saya maafkan," ujarnya sambil memeluk anak semata wayangnya, Firdaus Dida Azmi (5).
Selain itu, ia merasa tak ada alasan untuk tidak memercayai sang suami yang setiap hari selalu pulang dinas tepat waktu, bahkan uang gaji bulanan suaminya pun diterimanya utuh. Hingga suatu malam di bulan Agustus 2012, Yoga pulang dengan sejumlah luka lebam dan bekas sundutan rokok di kausnya. "Katanya kena pukul saat melerai anak-anak main futsal. Ya, saya diam saja meski merasa ada yang janggal."
Seminggu kemudian Fifi baru mengetahui apa yang sebetulnya terjadi. Yoga dipanggil ke ruangan wakapolres dan diminta mengaku punya wanita idaman lain. "Lalu katanya dia dianiaya atasannya sampai mukanya lebam-lebam. Tapi lagi-lagi Mas Yoga mengelak dan bersikeras sudah tak punya hubungan lagi dengan Wati. Bahkan dia bilang, baginya keluarga adalah segala-galanya," papar Fifi seraya berkisah, pasca pengakuan itu suaminya di sel selama satu minggu, sementara sang wakapolres dipindah tugas ke Surabaya.
Kendati berusaha menutup-nutupi apa yang terjadi, sesungguhnya batinnya sebagai istri merasakan ada sesuatu yang tak beres. Apalagi, suaminya mengaku sering mendapat teror SMS dari orang-orang tak dikenal. "Tapi suami saya selalu diam dan tidak mau cerita," ujar Fifi yang tak pernah menduga suaminya akan pergi secepat itu.
Di malam pergantian tahun 2012, kenangnya, "Saya ditelepon teman-teman Mas Yoga, diminta segera ke rumah sakit. Sampai di sana, saya lihat sudah banyak orang mengerubungi tubuh Mas Yoga yang sudah terbujur kaku. Saya langsung pingsan dan baru tahu Mas Yoga dibunuh dari ibu saya keesokan harinya."
Belakangan Fifi tahu, "perseteruan" suami dan atasannya dulu itu akan berakhir seperti ini. "Jujur saja, selama ini saya sangat percaya suami. Jadi, apa pun yang dikatakannya saya anggap kebenaran," kata Fifi yang mengaku tetap tegas karena anak semata wayangnya.
Kesedihan yang sama juga dirasakan Ninik (52), ibu Yoga. "Dia anak tunggal sekaligus kebanggan keluarga, jadi jangan tanya perasaan saya," katanya sambil beruarai air mata. Didampingi suaminya, Rudy (53), bersyukur tabir kematian anaknya terungkap sudah. "Selama ini kami yakin, dia (Rus) otaknya. Tapi ketika pembunuh anak saya belum tertangkap, dia masih bisa berkelit," kata Rudy.
Pasangan suami-istri ini mencurigai Rus sebagai "dalang" pembunuhan anaknya karena pernah mendengar kabar Yoga sempat dianiaya atasannya itu. "Yoga pernah cerita, dia sedang ada persoalan dengan komandannya. Tapi waktu itu Yoga tidak berterus terang ke saya apa yang jadi pangkal persoalannya," jelas Rudy.
Yang membuat Ninik tak habis pikir, "Kok, dia tega melakukan perbuatan serendah itu. Sebagai komandan mestinya melindungi bawahannya, ini malah dibunuh. Dia sudah merenggut kebahagiaan kami. Harapan kami, para pelaku pembunuhan dihukum seberat-beratnya," tutur Ninik dengan suara bergetar.
Gandhi Wasono