Kedai Durian Ucok yang berada di kawasan Pringgan itu sudah berusia sekitar 13 tahun. Awalnya, ia hanyalah seorang petugas penjaga malam di daerah itu, namun entah bagaimana akhirnya ia pun punya cara untuk bisa memanfaatkan emperan toko sebagai tempat untuk berdagang durian. Dari awalnya, masih mencari durian ke daerah-daerah kini petani durian itu yang mengantarkan durian padanya.
Kini, dengan hasil jerih payahnya Ucok sudah memiliki dua mobil bak terbuka dan sebuah mobil Grand Vitara yang juga digunakan untuk berkeliling dan berjalan-jalan ke luar kota. Ucok juga memiliki sebuah ruko senilai Rp 800 juta. Ruko berlantai dua ini pun juga sekaligus cabang Ucok Durian yang mampu menampung banyak pelanggan.
Sekarang Ucok juga sudah memiliki 17 orang karyawan. Sampai saat ini lokasi berdagang Ucok di dua tempat itu tak pernah sepi dari pembeli. Apalagi, saat malam Sabtu dan malam Minggu. Kadang pembeli harus antri karena meja dan kursi penuh sesak pembeli. Sangking banyaknya permintaan buah ini sesekali Ucok terpaksa harus berburu sendiri durian ini ke kampung-kampung di Sidikalang salah satu sentra durian di Sumatera Utara.
Pria ini pun mulai dikenal orang dikalangan petani durian di seantero Sumatera Utara bahkan Pekanbaru. Bahkan, Ucok pun tak segan-segan pergi ke suatu daerah untuk melihat hasil kebun durian disana.
" Dalam waktu dekat saya akan meninjau kebun durian ke Pulau Bangka Belitung karena saya dengar disana katanya kebun durian begitu banyak pohonnya," ungkap Ucok yang sering berkeliling daerah seperti Sidikalang, Karo, Pematang Siantar, Langkat, Padang Sidempuan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun hingga Pekanbaru ( Riau ).
Saat ini Ucok sudah merasakan nikmatnya berdagang durian ini. " Perputarannya sangat cepat sekali. Saya sendiri sudah merasakannya. Buah ini banyak memberikan berkah buat saya dan keluarga," papar Ucok tersenyum. Dalam satu hari bayangkan saja Ucok bisa menjual rata-rata 5 ribu buah durian. Setidaknya dalam sehari Ucok bisa meraup keuntungan Rp 2 juta.
Permintaan pun, kata Ucok, kian terus bertambah jika masa liburan anak sekolah, Lebaran, Tahun Baru dan Imlek. " saya justru pusing dan stress kalau tak ada durian apalagi pas lagi tidak musimnya. Sebab, kalau pun ada durian 2 ribu - 3 ribu per hari tapi saya dianggap bukan pedagang durian. Karena terlalu sedikit. Maka perlu bagi saya untuk terus meluaskan jaringan mengumpulkan durian dari berbagai daerah."
Dengan menjalin hubungan baik itu Ucok dapat terus memerolah buah durian meski durian sedang tak musim. " Bulan maret hingga Mei bukan musim durian. Saat itulah saya mengandalkan hubungan pertemanan tadi. Dari sekian tahun berdagang durian setiap hari saya jadi tahu ada durian sudah matang di daerah mana. Itulah gunanya saya punya banyak teman di kampung - kampung ."
Untuk menggiurkan pembeli jika mampir ke kedai Durian Ucok salah satunya adalah bila rasa buah tak enak atau tak sesuai selera pembeli boleh menukarnya. " Saya juga sudah menyiapkan wadah jika ada pembeli dari luar kota ingin buah durian ini sebagai oleh-oleh."
Agar tak report membawa buah ini bulat-bulat dan nantinya tidak tercium penumpang kiri kanan buah durian nantinya. Ucok sudah menyediakan wadah lalu disusun durian dan atasnya ditutup dengan kertas dan diatas kertas ditaburi kopi agar bau durian tidak menyengat. Satu wadah dipatok Ucok harganya mulai dari Rp 100 ribu - Rp 400 ribu.
" Pelanggan yang sudah sering beli pada saya mereka bisa menelpon saya untuk pemesanan dan karyawan saya akan mengantarkan ke hotel atau langsung ke bandara," aku Ucok. Untuk lebih meningkatkan pelayanan, memang jadi rancangan siapa saja terutama bagi Ucok untuk menjaring pelanggah lebih banyak lagi. Bhakan Ucok juga memiliki niat untuk terus mengembangkan pelayanan dengan membuka gerai durian yang lebih luas dan lebih elite lagi.
Debbi Safinaz