Terkuaknya Sandiwara Si Abah

By nova.id, Rabu, 23 Januari 2013 | 01:21 WIB
Terkuaknya Sandiwara Si Abah (nova.id)

Terkuaknya Sandiwara Si Abah (nova.id)

"Ab mengakui perbuatannya dan menyesal. Ia pun pasrah menerima hukuman yang akan diterimanya nanti. (Foto: Henry Ismono/NOVA) "

Ubah Suara

Begitulah, Selasa malam itu anak-beranak itu menuju Malang, sementara Ab berdiam di rumah sambil melancarkan aksinya. Ia menghubungi ponsel Aan. "Saya mengaku sebagai Abah, yang seolah-olah tahu rencana Aan ke Malang," kata Ab yang saat di telepon mengubah karakter suaranya. "Saya sempat kaget ketika tahu ternyata Tania juga ikut. Padahal, yang saya incar cuma Aan dan istrinya."

Lewat telepon, Abah palsu meminta Aan dan istrinya minum air itu. Beberapa saat kemudian, berganti Aan menelepon Abah. "Abah, bagaimana ini, kok, istri saya pingsan dan mulutnya keluar darah. Saya juga muntah-muntah. Airnya pahit."

Abah palsu mencoba menenangkan Aan. "Nanti ada anak buah Abah yang jemput." Aan sempat lama tak kontak. Abah pun berpikir Aan sudah minum ramuan mautnya. "Ternyata, Aan telepon lagi. Dia mengeluh wajah istrinya sudah membiru."

Kembali Abah berkilah, mencoba menyelesaikan masalah. "Ya sudah, kamu balik saja, nanti ketemu anak buah saya di alun-alun Jombang," ujar Ab seraya mengingat saat itu jam menunjuk pukul 03.00 dini hari. Ab putar otak, dialah seolah-olah utusan Abah. Dari rumahnya, ia memacu sepeda motornya menuju alun-alun Jombang.

Sekitar 1,5 jam kemudian Ab bertemu Aan. "Aan kembali mengeluhkan kondisi Retno. Saya bilang, soal itu biar diurus Abah. Yang penting tetap melakukan ritual seperti saran Abah, biar berhasil."

Ab lalu mengubah rencana dan mengajak rombongan kembali ke Madiun, beriringan. Di sepanjang jalan, Ab khawatir Aan akan melaporkan keadaan istrinya ke polisi. Ia kembali putar otak dan meminta taksi berhenti di Nganjuk. Ab sempat minta Aan salat sunah di masjid. "Sebenarnya saya kalut lihat kondisi Retno."

Akhirnya, Ab minta sopir taksi mengantarkan Retno yang sudah tak berdaya kembali ke Madiun. "Saya juga minta Tania ikut naik taksi. Tapi dia nangis terus ingin bersama ayahnya. Jadi kami berboncengan bertiga menuju hutan Kare," ujar Ab yang sudah menyiapkan botol air beracun lain.

"Saya bilang, pesan Abah untuk cari tempat sunyi. Lalu saya minta Aan minum air beracun itu, yang saya bilang sudah "diisi" Abah. Karena pahit, saya minta Aan mencampurnya dengan air jeruk kemasan yang sudah saya siapkan. Aan juga meminumkan air itu ke Tania," jelas Ab.

Ab mengaku melihat Aan saat sekarat. Ia pun kabur. Sampai di rumah, ia mengaku tak tenang. Apalagi, keesokan harinya ia mendengar kabar Retno tewas dalam taksi di depan rumahnya. Akhirnya, perbuatan Ab tercium polisi. "Saya menyesal. Saya ingin bertanggung jawab dan rela diganjar hukuman," sesal bapak dua anak yang didakwa melanggar pasal 340 KUHP tentang pembunuhan yang direncanakan.

Habis Ditumpas

Kepergian keluarga kecil ini tentu membuat keluarganya sangat terpukul. Apalagi, Aan adalah anak tunggal pasangan Suyati dan Senen (66). Suyati bahkan masih berduka. "Saya memang sudah ikhlas. Ini takdir Allah. Tapi cobaan ini rasanya amat berat. Bayangkan, dalam waktu singkat saya kehilangan tiga orang yang saya kasihi. Aan, mantu, dan cucu. Apalagi, Retno sedang hamil 5 bulan," ratap Suyati dalam Bahasa Jawa halus.