Pantai dan Tiwul Harumkan Gunung Kidul

By nova.id, Jumat, 11 Januari 2013 | 08:18 WIB
Pantai dan Tiwul Harumkan Gunung Kidul (nova.id)

Pantai dan Tiwul Harumkan Gunung Kidul (nova.id)

"Foto: Rini "

Citra Kabupaten Gunungkidul, DI Jogjakarta, bukan lagi daerah kerontang yang minus air di kala kemarau tiba. Meski masih ada beberapa desa di sana yang paceklik air bila kemarau panjang tiba.

Beberapa tahun terakhir Kabupaten ini punya citra lain sebagai daerah yang memiliki potensi wisata dengan kearifan lokal  tersendiri. Ada kerajinan topeng batik, anyaman akar wangi, dan yang kini sedang digandrungi banyak wisatawan dari kota Jogja maupun turis asing, adalah wisata alam, pantai berpasir putih, dan makanan khas setempat, gaot-tiwul.

Lokasi wisata yang sedang populer adalah, wisata Gua Pindul, dimana pengunjung bisa menelusuri gua dengan perahu karet menelusuri aliran sungai bening  di bawah gua beratap staglagnit yang indah.  

Atau wisata pantai "baru" yang mulai populer, seperti di Pantai Pulang Syawal yang lebih dikenal sebagai Pantai Indrayanti, lantaran di sana ada resort bernama Indrayanti. Ada juga Pantai Bekah, Sundak, Drini yang berada satu tarikan garis pantai. Pantai-pantai berpemandangan indah ini menyusul kepopuleran Kukup dan Baron yang lebih dulu terkenal sebagai tempat bersantap ikan dan kerang.

Wisata pantai di kawasan Gunungkidul bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 1,5 jam dari kota Joghakarta. Takheran musim liburan atau akhir pekan, wisatawan berbondong "mendaki" Gunungkidul.

Bila belum  puas menyantap ikan, pulangnya bisa berburu oleh-oleh khas setempat. Yang sedang digemari adalah menyantap gatot-tiwul beraroma buah nangka di toko oleh-oleh Yu Tum di Jalan Pramuka, Kecamatan Playen.

Parutan Kelapa & Keju

Tiwul Yu Tum juga membuka cabang di Desa Siyono. Ini menjadi satu-satunya cabang yang dimiliki Tumirah (80), sapaan Yu Tum. Di toko pusat oleh-oleh milik Yu Tum ini, pengunjung akan ketagihan menyantap makanan khas Gunungkidul yang sudah diolah dan dimodifikasi dengan buah nangka atau keju. Selain bisa disantap di tempat, juga bisa dibawa pulang karena Yu Tum menyediakan dalam bentuk paket yang dikemas dalam besek atau anyaman bambu.  

Gatot adalah irisan gaplek yang dikukus, sementara tiwul adalah tepung gaplek yang dikukus ditambah gula merah sebagai pemanis. Kini dimodifikasi dengan campuran buah nangka asli sebagi aroma pewangi. Keduanya biasanya dihidangkan secara bersama-sama atau terpisah dalam satu piring dengan taburan parutan kelapa. Bisa juga dipesan dengan taburan keju. "Ditambah cokelat juga bisa asalpesan dulu," terang Slamet.

Perempuan yang berdagang gatot tiwul sejak muda itu, kini mempercayakan pengelolaan rumah makan gatot-tiwulnya pada anak dan menantunya, Slamet Riyadi.

Menurut Slamet, mertuanya mulai mengembangkan makanan pokok masyarakat Gunungkidul di masa lalu ini, sejak tahun 1985 setelah sebelumnya selama bertahun-tahun berjualan tiwul secara tradisional dipasar. Per hari, kata Slamet, Yu Tum bisa mengolah lebih dari 50 kilo gaplek untuk dijadikan gatot-tiwul. Bila musim liburan tiba, bisa lebih dari 75 kilo. Pengunjung bebas memilih tempat menyantap. Bisa di lantai satu atau di lantai dua secara lesehan.

Per porsi, tiwul Yu Tum dijual mulai Rp. 5.000. Untuk kemasan besek sehaga Rp15.000. Nah, bila pengunjung ingin lebih istimewa, akan disantap rame-rame, bisa memesan paket tumpeng tiwul manis seharga Rp. 45.000. Gatot -tiwul Yu Tum ini maksimal hanya tahan dua hari, dengan catatan belum dicampur dengan parutan kelapa. Karena itu bila ingin membawa tiwul ke luar kota sebagai oleh-oleh, Slamet menyarankan membeli saja tepung tiwul instan yang bisa dimasak dengan mudah, sesuai petunjuk.

Usaha Yu Tum ini patut dihargai, lantaran turut melestarikan makanan khas daerah di mana warga Gunungkidul kini tidak lagi menjadikan tiwul sebagai makanan pokok, melainkan sudah mengonsumsi nasi sebagai makanan sehari-hari.

Rini Sulistyati