Desainer cantik asal Semarang ini sempat menjadi wanita karier di Jakarta setamat kuliah. Namun di luar jam kerja ia lebih senang berburu kain, bikin sketsa, browsing all about fashion di internet. Ia pun memutuskan sekolah lagi di Bunka School of Fashion Jakarta. Hasrat terpendam Anggiya Murni (30) pada fashion klop dengan kesempatan yang datang tiga tahun kemudian. Angie, sapaan akrabnya, resmi merilis label Blaire pada 2009. Karakter vintage jadi benang merah dalam tiap rancangannya. Apa arti nama Blaire? "Saya suka sekali tokoh Blair Waldorf di serial Gossip Girl. Tegas, tapi ada sisi lembutnya, feminin, dan kuat berpadu dengan kecantikannya yang berkelas," ujar bungsu dari empat bersaudara ini.
Enam bulan setelah launching, klien Angie terus bertambah. Ia juga bekerjasama dalam perhelatan Putri Indonesia, majalah, dan fashion show. "Saya selalu ingin menampilkan pesan moral positif di tiap karya." Misalnya, Angie menampilkan keindahan Jakarta di balik keluhan semerawutnya ibu kota. Pesona pendar lampu kota di malam hari, gedung pencakar langit, dan lengkungan jalur tol begitu memikat hatinya. Sketsa tadi ia tumpahkan dalam paduan warna, corak, dan cutting pada 35 koleksi bertajuk JakartaNightlight Grooves. Kerja kerasnya pun berbuah pujian di ajang Jakarta Fashion Week 2012. "Sejak itu, Blaire makin berkembang dan banyak vendor bekerjasama untuk mengisi acara."
Kini ia punya House of Blaire, butik workshop di bilangan Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Angie juga menggandeng beberapa desainer yang sevisi untuk mempercantik perempuan lewat fashion item. Ciri khas Blaire terlihat pada corak print berwarna colourful dan bold yang membuat perempuan terlihat kuat dan semangat. "Siluet busana juga tampil dinamis, wearable, simpel, mini, lincah, dan memeluk badan perempuan dengan unsur modern." Desain fun berpadu drappery dan aplikasi payet, bordir, manik-manik, renda, logam, hingga tali tambang. "Ringan tapi cantik elegan seperti lady. Saya enggan klien terbebani baju yang 'berat.'
Ragam klien Angie dimulai dari anak sekolah yang butuh baju untuk acara prom night, mini cocktail dress, hingga gaun pengantin. Tantangan sebagai desainer pun datang dari banyak sisi. Klien misalnya, "Kebutuhan pelanggan harus terpenuhi tapi style khas Angie harus tetap muncul." Begitu pun dengan bentuk tubuh, busana Blaire dirancang sesuai ukuran si klien agar tetap tampil menarik. "Siapa saja bisa pakai. Biasanya ada penyesuaian di bagian dada, pinggang dan pinggul," tuturnya.
Menghadapi kompetisi, Angie bertekad terus mengeksplorasi koleksi dari tiga lini busananya, Blaire, Signature Style, dan Wedding. Yang terbaru adalah Pop Goes the World 2013. Bersyukur suami dan keluarga mendukung minat dan bakatnya di dunia fashion. "It's in my blood. Sesuatu yang buat saya semangat saat bangun tidur dan tak pernah merasa lelah," tutup Angie.
Ade Ryani / bersambung
Foto: Ade Ryani, Ahmad Fadilah, Dok Pri