Suami istri ini memiliki cara sendiri untuk membangun mental anak-anak. Salah satunya dengan membuat desain kaos dengan rangkaian kata bernuansa Islami. "Ini tidak sekadar bisnis semata, tapi bagaimana bisnis ini mempunyai manfaat yang lebih besar lagi terutama bagi anak-anak," kata Lusi Agustina (35) istri Agus Didik Hariyanto (40) yang tinggal di Jl. Bratang Gede, Surabaya tersebut.
Usaha garmen dengan desain bernuansa islami dibangun melalaui proses panjang yang penuh perjuangan. Agus, saat itu sebenarnya sudah menduduki jabatan sebagai manajer area di sebuah perusahaan celana jins ternama. Tapi ia nekat keluar dari kenyamanan demi membangun usaha berbau islami ini. "Pertimbangan saya keluar dari perusahaan, pertama karena waktu untuk kelurga sangat sedikit karena dari hari ke hari selalu berada di luar kota. Kedua ingin membuka usah sendiri apapun bentuknya," papar Agus yang membutuhkan kekuatan mental ketika memutuskan keluar dari perusahaan besar tersebut.
Muncul ide membuka usaha kaos islami itu datang secara kebetulan. Ceritanya, suatu siang anak pertamaya yang duduk di sekolah dasar Islam itu pulang sekolah dengan pakaian lecek. Kebetulan di sekolahnya dalam seminggu dua hari menerapkan penggunaan pakaian bebas. "Lalu saya berpikir andaiakata bahannya dari kaos mungkin tidak selusuh itu," kata Agus tamatan Institut Pertanian Bogor tersebut.
Ide tersebut kemudian dilempar pada istrinya Lusi Agustina yang kemudian ide tersebut diwujudkan dalam bentuk kaos. Supaya kaos tersebut memiliki perbedaan dengan lainnya ia menyisipkan tulisan-tulisan bernafas Islami. "Jadi kami ingin membangun akhlak anak melalaui desain kaos. Dengan memberi tulisan yang bernuansa Islami, maka makna tulisan yang membawa energy positif itu akan masuk di alam bawah sadar mereka," kata Lusi yang mantan PR hotel berbintang serta marketing sebuah restoran cepat saji itu. "Hal itu sejalan dengan tujuan kami, ingin membentuk karakter islami bagi anak-anak," tambah Lusi yang kemudian membuat merk bernama Raff Clothing tersebut.
Setelah sepakat dan yakin bisa berkembang, Didik kemudian menjual mobilnya kemudian dijadikan modal usaha. Untuk mencari bahan sekaligus sablon keduannya harus keluar masuk kawasan pusat kaos di Bandung. "Saya sengaja ke Bandung sebab di kota kembang itu baik kualitas kaos maupun sablonnya juga lebih bagus," papar Agus yang pengetahaunnya tentang garmen di perusahaan jins sedikit membantu ketika membuka usaha barunya tersebut.
Sedang kata-kata bernuansa islami merupakan hasil karya bersama istrinya, misalnya Zabr Zone, Let's Sadaqah, Charge Iman in Ramadhan, Listen To Murottal Everyday dan masih banyak lagi. Setelah jadi, kaos hasil produksinya kemudian dia tawarkan ke para distributor. "Karena sudah tidak memiliki mobil lagi, jadi kesana kemari saya bersama istri naik motor," papar Didik.
Untuk mempercepat proses pemasarannya Lusi memiliki cara cukup tersendiri, yaitu dengan cara membuat komunitas, membuat buku yang berjudul Kisah Petualangn Raffers, website serta memanfaatkan sosial media yang ada, mulai facebook dan twitter. "Pokoknya semua lini kami masuki, bahkan royalti dari buku yang saya buat itu kami sumbangakn untuk para dhuafa serta sekolah yang membutuhkan bantuan untuk pengembangan pendidikan," papar Lusi yang punya hobi menulis tersebut. "Dan alhamdulillah, usaha tersebut berjalan lancar. Untuk saat ini, Didik sudah memiliki 47 distributor yang tersebar di seluruh Indoneia, yang dibawah distributor itu ada ratusan penjual," tambah Lusi yang tamatan sastra inggris Unair tersebut.
Dilihat dari kualitas kain, kerapian jahitan serta sablon, harga yang dipatok relatif murah. Misalnya, untuk kaos anak laki dijual dengan harga Rp 60 ribu, sedang untuk perempuan Rp 70 ribu. Untuk dewasa laki Rp 80 ribu, sedang perempuan Rp 115.000, sedangkan untuk gamis, karena ukurannya lebih panjang sehingga dijual agak sedikit lebih mahal, Rp 190 ribu.
Setelah berkembang ternyata permintaan pasar tak hanya anak saja, karena pria dan wanita dewasa juga berminat. Bahkan, mulai ada permintaan untuk membuat couple (pasangan) satu keluarga. Untuk produk dewasa ini ia membuat merek Dhizwar. "Sekarang sudah mulai jalan dan banyak permintaan," tambah Agus yang dalam seminggu minimal menjual 100 lusin kaos tersebut.
Gandhi Wasono M.