Saat ditanya apa alasannya kini ia lebih suka membuat film bergenre drama yang terlibang serius dan mengangkat isu-isu sosial dan kemanusiaan, menurut wanita yang kini lebih suka tampil dengan rambut pendek ini, proses ke arah itu terjadi secara alamiah seiring waktu.
"Sejak terjun ke dunia film, saya semakin sering bertemu orang-orang dari lingkungan perfilman dan kami sering berdiksusi banyak hal. Hingga akhirnya mengapa saya lebih tertarik mengangkat tema-tema yang oleh sebagian orang dianggap sangat serius dan berat, ya, menurut saya proses itu terbentuk dengan sendirinya."
Di film Negeri Tanpa Telinga yang lebih banyak mengambil lokasi syuting di Solo dan Yogyakarta ini, Lola memercayakan sejumlah peran kepada aktor senior Ray Sahetapy dan Lukman Sardi, serta Garry Iskak, Tanta Ginting, dan Rifnu Wikana. Dan yang unik, Lola juga mengajak serta dua peragawati Kelly Tandiono dan Jenny Zang.
Mengapa ia memilih Kelly dan Jenny untuk ikut terlibat di filmnya? "Sebelum bikin film, saya pasti cari banyak referensi dan observasi, terutama saat mencari para calon pemerannya. Dari hasil observasi itu, saya lihat Jenny yang memang sudah lebih dulu terjun di dunia film dan pernah masuk nominasi festival film, punya talenta kuat. Begitu juga Kelly, saya punya feeling suatu hari nanti dia pasti akan jadi bintang film berbakat."
Lola mengatakan, saat melihat sejumlah film Indonesia sebagai salah satu usaha mencari referensi dan bentuk observasinya dalam mencari pemain, ia juga sangat melibatkan feeling-nya. Sehingga Lola mengaku agak sulit menjelaskan ketika harus menjelaskan mengapa ia memilih dua peragwati itu yang harus ikut main di dalam film terbarunya ini.
"Agak susah, ya, menjelaskannya. Soalnya saya pakai feeling saat melihat akting mereka di film yang dibintangi sebelumnya. Tapi saya punya keyakinan, baik Jenny maupun Kelly punya kans untuk menjadi bintang film masa depan. Saya yakin betul itu, apalagi mereka juga sangat total saat berakting di Negeri Tanpa Telinga."
Lola pun mengisahkan, tak ada kesulitan berarti saat mengarahkan dua peragawati ini ketika harus beradegan di depan kamera. Justru yang menjadi kendala utama selama syuting adalah soal cuaca dan kondisi alam sekitarnya.
"Kami syuting di Yogyakarta bulan Februari lalu, pas Gunung kelud meletus. Ternyata Yogyakarta kena imbas semburan abunya dan tebal banget. Akhirnya kami harus menunda syuting beberapa hari. Bahkan secara darurat mengganti setting yang harusnya di luar ruang jadi syuting indoor. Tapi secara keseluruhan, sih, enggak terlalu ada kendala berarti."
Dan Lola berharap, filmnya ini bisa sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan kepada para politisi atau anggota dewan di Senayan, yang notabene adalah wakil rakyat, untuk mau berkaca kepada diri sendiri bahwa korupsi adalah tindak kejahatan yang tidak terampuni.
Intan/Tabloidnova.com