Bagaimana Proses Melahirkan dengan Metode Water Birth?

By , Jumat, 3 Juli 2015 | 10:15 WIB
Sebelum memilih metode waterbirth, ada hal yang wajib diketahui. (Nova)

Sejak beberapa tahun lalu, istilah water birth pun kian banyak dikenal. Padahal, metode melahirkan di air telah dilakukan sejak abad ke-12. “Tekniknya hampir sama dengan teknik melahirkan seperti biasa, hanya ini dilakukan di dalam air. Suhu air disamakan dengan suhu tubuh sehingga bayi lebih nyaman,” ujar Okke Evriana Amd.Keb., Bidan di Galenia Mom and Child Center. Proses melahirkan di air ini, dilakukan di dalam sebuah kolam karet yang sebelumnya telah menempuh proses sterilisasi.

Pasalnya, menurut Okke, media air dapat berdampak baik untuk ibu maupun bayi. Ketika masih di dalam perut, bayi berada di dalam air ketuban Sang Ibu.

Sehingga pemilihan air dengan suhu yang disesuaikan dengan suhu tubuh ibu, yaitu kisaran 36,5—37,5 derajat Celcius, dinilai menjadi media yang paling lembut dan ramah untuk bayi. Sementara untuk ibu, hangatnya air dapat meningkatkan perasaan nyaman dan tenang.

“Selain itu, pada metode water birth ibu juga dapat memilih posisi yang menurut dia nyaman. Boleh setengah duduk atau jongkok. Biasanya sih setengah duduk, karena melahirkan dengan posisi tidur telentang justru jarang pada water birth. Keuntungan posisi setengah duduk ini, selain mengurangi sobekan vagina, juga searah dengan gravitasi sehingga membuat kelahiran lebih mudah,” tambah Okke memaparkan metode melahirkan di air.

Baca: Menggetarkan, Proses Seorang Ibu Melahirkan Sendiri di Rumah dengan Metode Water Birth

Namun ketika memutuskan untuk memilih metode water birth, perlu dipastikan terlebih dahulu kondisi ibu dan janin. Pasalnya, persalinan dengan teknik ini dikatakan aman dilakukan jika kondisi ibu dan janin dalam keadaan siap.

Dalam artian, jika ditemukan indikasi-indikasi tertentu dalam kehamilan, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter tentang kemungkinan melahirkan dengan media air.

“Misalnya anak pertama dilahirkan dengan Caesar, maka harus diketahui indikasi pada kehamilan pertama terlebih dahulu. Atau jika anak pertama dilahirkan dengan caesar dan bayi kedua ini terlihat lebih besar, itu juga ada risikonya. Jadi harus diketahui indikasi sebelum lahir, bagaimana kondisi ibu dan dedeknya,” papar Okke.