Begitulah kehidupan Mur sampai beberapa bulan silam, tiba-tiba ada missed call di HP-nya saat Mur sedang merasa tak enak badan dan berbaring di kamar. "Karena suntuk, saya SMS saja nomor orang yang missed call itu. Dia mengaku bernama Samudro. Katanya, dia menghubungi nomor saya secara acak. Sejak itu, dia mulai sering telepon. Dia mengaku kerja di sebuah konveksi di Jakarta, sebagai pembuat pola."
Mereka pun mulai sering berkomunikasi. "Tapi sejak awal saya sudah kasih tahu, saya punya suami dan dua anak," tutur Nur tentang sosok Samudro yang belakangan diketahuinya bernama Ks.
"Saya bilang, kalau hanya untuk menjalin persaudaraan, ya, enggak apa-apa. Belakangan dia juga mengaku ingin pulang ke Pekalongan lalu mampir ke rumah," ujar Mur yang juga menceritakan kegiatan suaminya setiap hari keliling berjualan.
Mungkin itu sebabnya Ks mulai sering menyambangi rumah Mur. Bahkan Mur pernah diajak ke rumah Ks. Lama-kelamaan, kata Mur, "saya merasa dia itu teman yang asyik diajak curhat. Saya ceritakan perjalanan rumah tangga saya dengan suami. Saya juga katakan, sebenarnya tak pernah bisa mencintai suami. Dia juga curhat sudah pisah sama istri, tapi belum resmi cerai. Saya diperkenalkan ke orangtuanya sebagai janda dua anak. Saya sudah dekat sama anak tunggal Kus, sebaliknya Ks juga dekat sama anak-anak saya."
Kedekatan mereka makin terjalin, bahkan Ks mengungkapkan cintanya. Mur pun menanggapi. Bahkan ia mulai membanding-bandingkan suaminya dengan Ks. Katanya, ia lebih nyaman curhat dengan Ks. "Pekerjaannya juga tidak kasar seperti suami. Dia bilang, dia kerja di rumah mendesain baju. Tapi saya tetap tak kepikiran untuk menikah dengan Ks. Lebih baik kami selingkuh saja, bicara yang nyaman-nyaman saja."
Sampai suatu ketika, Ks mengungkapkan keinginannya menyingkirkan Anis agar bisa leluasa menikahi Mur. "Beberapa kali ia mengungkapkan rencana itu. Awalnya saya menolak, tapi Ks bilang, dia yang akan tanggung jawab."
Pernah, kata Mur, ia mengutarakan niatnya minta cerai. "Tapi Ks tak setuju. Alasannya, Kalau cerai, enggak mungkin bisa tinggal di rumah yang saya tempati. Soalnya itu, kan, rumah Anis. Makanya dia bikin skenario, seolah-olah Anis jadi korban pembunuhan dan perampokan."
Rencana pun disusun. Oleh Ks, Mur diminta membeli obat tidur. Selain itu, Ks juga memberi sebuah kapsul yang katanya bisa membuat Anis tidur lebih pulas. Mur lalu diminta Ks untuk memasukkan obat tidur itu ke dalam minuman Anis. "Saya juga diminta menyiapkan alat seperti alu dan tali. Entah kenapa, saya manut saja."
Henry Ismono / bersambung