Sukses Usaha Tanpa Outlet (2)

By nova.id, Sabtu, 17 November 2012 | 04:23 WIB
Sukses Usaha Tanpa Outlet 2 (nova.id)

Sukses Usaha Tanpa Outlet 2 (nova.id)

"Foto: Henry Ismono/NOVA "

Cooking DJ Kewalahan Penuhi Pesanan

Kendati sudah menyelesaikan pendidikan di FKG, Universitas Moestopo, Jakarta dan tinggal menjalani koas, Kania Darama Joenoes (28) justru mantap menekuni usaha kuliner. "Usaha saya memang masih skala rumahan. Tapi hasilnya sudah lumayan. Saya ingin terus menekuni usaha cake dan bakery," kata Kania yang mengibarkan bendera Cooking DJ. "Nama ini saya ambil dari singkatan nama saya. Saya serius memulainya dua tahun lalu."

Saat ditemui di rumahnya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Kania dengan nada ceria mengungkapkan perjalanan usahanya. "Saya, kan, sejak kecil sudah suka masak. Saya sering melihat Nenek masak. Saya suka sekali bau wangi dapur. Dari situ, saya mulai belajar memasak secara otodidak dengan membaca dan mempraktikkan resep-resep, baik dari buku maupun majalah. Saya minta teman-teman untuk mencicipi kreasi saya sekaligus minta masukan. Kalau ada kritik, saya coba perbaiki sampai hasilnya benar-benar enak. Sebagian keuntungan saya ambil untuk beli alat seperti oven, loyang, dan mikser."

Semasa masih aktif kuliah tahun 2008, Kania mencoba membisniskan karyanya. "Awalnya saya bawa brownies dan cup cake, saya tawarkan ke teman-teman kuliah. Ternyata banyak yang suka. Saya makin semangat ketika banyak teman pesan. Dari mulut ke mulut, semakin banyak yang pesan. Ternyata, keuntungannya lumayan banget untuk ukuran mahasiswa."

Setelah menyelesaikan kuliah, Kania mestinya melanjutkan program koas. Namun, ia memilih cuti untuk menekuni usahanya. Ia mulai serius dengan membuat blog yang beralamat cookingdj.wordpress.com. "Awalnya saya hanya jual tiga produk yaitu lasagna, apple pie, dan cup cake. Ternyata responsnya bagus. Tak hanya teman-teman, orang yang sebelumnya tidak saya kenal pun mulai banyak yang pesan. Banyak customer yang minta menu baru juga," tuturnya.

Untuk sarana promosi, Kania membuat akun Twitter dan Facebook. Ia pun makin gencar mempromosikan usahanya. "Twitter sangat efektif. Sekarang banyak yang pakai Twitter, baik tua maupun muda. Lewat follower di Twitter sekitar 1.600 orang, makin lama Cooking DJ makin dikenal," tutur Kania yang sekarang sudah punya lebih dari 20 menu andalan.

Antara lain chocolate velvet cake, mini Japanese oreo chase cake, soft baked cookies, muffins, dan masih banyak lagi. "Sekarang yang jadi favorit customer adalah éclairs dan ombre cake. Khusus ombre baru saya perkenalkan tahun ini, sekarang ombre yang jadi best seller. Oh ya, ketika saya perkenalkan, ombre masih terbilang baru. Saya dapat resepnya ketika searching di internet, ombre berkembang di AS. Ini cake yang bergradasi warna."

Pelanggan Kania datang dari banyak kalangan. "Mulai dari ibu-ibu, sampai orang kantoran. Saya sering dapat pesanan dari kantor untuk keperluan rapat. Biasanya 2-3 jenis. Saya sering juga dapat pesanan untuk acara arisan dan dikonsumsi sendiri," kata Kania yang masih fokus lewat usaha online.

Soal pengiriman, Kania bekerja sama dengan jasa kurir kue. "Malah ada, lho, yang mengambil sendiri. Padahal, rumahnya jauh. Sebenarnya ada juga pesanan dari Samarinda dan Bali. Tentu saja saya enggak menyanggupi karena terbentur pengiriman. Bisa-bisa sampai ke customer sudah rusak. Itu sebabnya, untuk memenuhi customer dari luar kota, saya bikin satu menu yang aman untuk dikirim yaitu cookies," kata Kania yang jelang Lebaran lalu kebanjiran order.

Kania mengaku membidik pelanggan kalangan menengah. Harga yang dipatok Kania untuk produknya, antara Rp 30 ribu (1 pak cookies isi 6 buah) - Rp 450 ribu (ombre ukuran besar). "Sebenarnya termasuk mahal untuk usaha sejenis. Tapi saya benar-benar memperhatikan kualitas dengan bahan-bahan terbaik."

Seiring makin banyak pesanan, Kania yang per bulan menghasilkan omzet belasan juta rupiah, mengaku terkendala soal SDM. "Sulit cari karyawan," dalihnya. "Saya pernah punya satu karyawan, tapi sekarang pulang kampung. Makanya, sekarang saya minta Ibu membantu saya. Agar tidak kewalahan, sehari saya membatasi menerima order untuk 10 menu. Saya juga memilih hari Minggu untuk istirahat," tutur lajang yang rata-rata menerima order 5-10 menu. "Beberapa kali saya terima order belasan menu, tapi saya kecapekan karena nyaris tak ada waktu istirahat."

 Tampaknya, Kania memang sudah mantap menekuni usahanya.