Kisah Bayi Kembar Penderita Katarak

By nova.id, Jumat, 16 November 2012 | 04:09 WIB
Kisah Bayi Kembar Penderita Katarak (nova.id)

"Saya ingin jika operasi ini berhasil. Rizky dan Rizka tak lagi jalan merangkak. Kalau Rizka sama sekali  tak bisa melihat. Namun Rizky, masih bisa melihat cahaya. Namun, sayangnya Rizka tak bisa dioperasi karena kasusnya beda dengan Rizky. Kelopak matanya masih lembut. Mungkin, tahun depan baru bisa dioperasi kalau ada pengobatan gratis lagi."

Menurut Sarita, saat hamil biasanya dia tak suka minum susu.  Saya lebih suka minum jamu yang diramu sendiri. Juga minum vitamin untuk wanita hamil. Kalau hamil saya biasanya malas makan dan suka muntah-muntah.  Makanya, semua bayi saya  lahir prematur 8 bulan, 7 bulan dan 6 bulan lahir yang kembar ini."

Rabu (14/11) Rizky sudah di operasi. "Harapan kami moga Rizky bisa melihat. Sehingga pikiran kami tak tertekan lagi dengan masa depan anak-anak ini. Kami mengucapkan terima kasih buat rumah sakit dan panitia yang mengadakan operasi mata gratis ini."

Ibu Kurang Gizi

Menurut salah seorang dokter yang menangani operasi mata Katarak yang didatangkan dari Nepal, Dokter  Sanduk Ruit, MD. Fraco,  jangankan anak-anak, orang tua juga banyak yang tidak terobati karena pengobatan mata Katarak ini memerlukan specialis yang lain.

"Oleh karena tingginya penyakit mata Katarak yang diderita anak-anak di Sumut jadi saya berencana  mencari dokter lokal dari Sumut yang bisa kita latih jadi dokter spesialis mata anak. Bukan hanya Katarak tapi juga mata malas, mata juling dan lain lain," ujar dr Sanduk yang juga memiliki Tilganga Institute of Ophthalmology, Universitas khusus mata di Nepal.

Salah satu penyebab Katarak, kata dr Sanduk, karena faktor keturunan. "Penyebab yang kedua pada saat ibu hamil 3 bulan pertama si ibu terkenh  virus Rubella, cacar Jerman dan yang ketiga karena ibu hamil kekurangan gizi."

Begitu pun, kata dr Sanduk, teknologi sekarang ini sudah sangat berkembang pesat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini. "Dengan teknologi yang bagus sehingga mendapatkan hasil memuaskan apalagi jika mata itu dirawat baik-baik setelah operasi."

Untuk menjaga kondisi kehamilan ibu, lanjut dr Sanduk, yang terpenting tak boleh sembarangan makan obat. "Jika saat hamil ada gatal dan bercak harus segera ke dokter  karena itu sangat serius.  Gizi ibu juga harus diperhatikan. Gizi itu bukan yang mahal saja, tahu tempe pun sudah banyak gizinya." 

Untuk kegiatan selama 4 hari ini dr Sanduk sudah memecahkan rekor dunia mengoperasi mata sekitar 1300 mata dengan hasil yang sangat memuaskan. Dr Sanduk sendiri sudah tiga kali mengadakan baksos (bakti sosial, red) di Sumatera Utara dan 1 kali di Padang. " Untuk Sumut saya sudah mengoperasi sekitar 4000-an mata," tutup dr Sanduk.

Debbi Safinaz