Bagaimana dengan keluargaku? Jujur, saat ini keadaan sudah jauh lebih baik. Aku kini memilih tinggal terpisah dari keluarga dan indekos di Mampang (Jaksel). Paling tidak dua minggu sekali aku pulang ke Bekasi, rumah orangtuaku. Selebihnya, kuhabiskan waktu untuk bekerja dan kuliah di Universitas Al-Ahzar Indonesia, jurusan Periklanan.
Awalnya memang tak mudah memberi penjelasan tentang skizofrenia dan gangguan bipolar ke Mama dan Ayah. Aku bawakan mereka buku dan artikel dari internet tentang penyakit ini, tak peduli dibaca atau tidak. Aku bilang ke Mama, "Mama pilih memaafkan dan menerima Alfi apa adanya lalu Alfi jadi lebih baik, atau terus menghujat Alfi?" Alhamdulillah, Mama pilih menerima. Karena orangtua sudah menerimaku, aku pun otomatis bisa memaafkan diriku sendiri atas perilakuku dulu. Kami pun saling memahami. Memang, bayangan hitam dan suara-suara itu masih belum sepenuhnya pergi dari kepalaku. Aku masih sering mendadak ketakutan dan mengalami mood-swing tak kenal waktu.
Tapi, setelah bertahun-tahun, aku sudah bisa mengenali tanda-tanda jika akan relaps. Untuk saling menguatkan sesama penderita skizofrenia, aku menjadi anggota KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) dan PJS (Perhimpunan Jiwa Sehat). Kami rajin mensosialisasikan penyakit kejiwaan ini ke masyarakat luas agar tak terjadi diskriminasi kepada para penderitanya.
Astudestra Ajengrastri