Korban Trafficking Itu Boleh Sekolah Lagi

By nova.id, Selasa, 9 Oktober 2012 | 11:18 WIB
Korban Trafficking Itu Boleh Sekolah Lagi (nova.id)

Korban Trafficking Itu Boleh Sekolah Lagi (nova.id)

"Ilustrasi "

Setelah Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengirim surat kecaman ke pihak Sekolah Budi Utomo, akhirnya DS, siswi korban penjualan anak diperbolehkan sekolah lagi setelah kasus ini dimediasi oleh Kantor Dinas Pendidikan Depok dan pihak DPRD, Selasa (9/10).

"Mereka (pihak sekolah dan korban DS) sudah damai. Korban bisa sekolah lagi. Bahkan pihak sekolah juga berjanji akan melindungi DS," kata Arist saat dihubungi tabloidnova.com.

Sebelumnya, DS dan ibunya Rauden sempat syok lantaran pada hari  Senin, 4 Oktober 2012 lalu lewat sebuah upacara bendera, pihak kepala  sekolah yang juga mewakili yayasan Budi Utomo mengumumkan bahwa DS  tidak boleh sekolah lagi lantaran telah mencemarkan nama baik sekolah.  Bahkan saat DS tetap nekat masuk kelas di lantai 2, seorang guru yang  menjaga minta agar DS berkemas-kemas.

Begitu diminta keluar,  DS langsung turun dan menangis histeris.  Dalam waku bersamaan ibunya yang sebelumnya dipanggil  untuk ke  sekolah datang dan langsung memeluk putrinya. "Dia tentu sangat syok  diperlakukan begitu oleh pihak sekolah. DS itu, kan, korban. Harusnya  pihak sekolah melindungi. Ini malah sebaliknya," tandas Arist.

Menurut Arist DS adalah korban penjualan gadis untuk kepentingan  seks.  Awalnya, DS berkenalan dengan D, seorang pria lewat jejaring  sosial, FB. Sekitar pertengahan September mereka sempat komunikasi  dan berjanji bertemu di sebuah mal di Depok. "Mereka sempat ketemu.  Beberapa hari kemudian mereka janji ketemu lagi. Namun kali ini yang  datang bukan D, melainkan utusannya. Nah, sang utusan mengajak DS ke  Parung untuk dipertemukan dengan D.

 Rupanya itu hanya jebakan. D yang diduga salah satu anggota sindikat  penjualan gadis ini lalu menyekap di sebuah rumah di Parung, Bogor.  "Ternyata di sana banyak bodyguard-nya. Handphone DS sempat dijual  untuk biaya hidup mereka."

 Tiga hari  D disekap di rumah tersebut. Ia sempat di pindah ke rumah  lain. Ternyata di sana banyak korban serupa. Nah, dari obrolan itu, DS  tahu ia akan dijual ke Batam untuk pekerja seks. Di hari ketujuh  D mengajak DS ke terminal Depok.

Rupanya D yang sehari-hari menjadi  sopir angkot tembak ini ingin mencari beaya perjalanan ke Batam. Saat  itulah ada tetangga yang mengetahui DS dan melaporkan ke keluarganya  yang sudah seminggu kebingungan lantaran DS pergi tanpa meninggalkanpesan.

 Saat ibunya datang, lanjut Arist, D sudah kabur. "Sampai sekarang D  masih dalam pengejaran polisi," jelas Arist yang menambahkan setelah  berita ini diblow up media pihaknya langsung mendatangi DS untuk  memberi perlindungan. "Kami rayu dan kuatkan agar DS mau sekolah lagi.  Akhirnya dia mau dan berjanji akan amsuk sekolah Senin tanggal 8  Oktokber. Begitu masuk dia malah dipecat dari sekolah."

 Saat pertama ditemui, DS sebenarnya snagat trauma dan syok lantaran ia  merasa malu diberitakan banyak media. "Memang tidak menyebut nama, tetapi tetangga semua tahu." Selain itu, lanjut Arist, D adalah korban  yang layak dilindungi. "Dia bukan pelaku."

 Arist akhirnya lega pihak sekolah hari ini membatalkan pemecatan itu.  "Meski demikian, kami akan mengirim psikiater agar kondisi kejiwaannya  membaik. Saya melihat dia masih trauma dan syok. Tapi beruntung ia  masih mau sekolah lagi."

 Ketua Komnas PA ini menambahkan, DS adalah korban penjualan gadis  untuk seks. "Polisi harus segera meringkus pelakunya. Saat ini perkara  ditangani Polresta Bogor karena wilayah kejadiannya di Bogor."Krisna