"Mereka (pihak sekolah dan korban DS) sudah damai. Korban bisa sekolah lagi. Bahkan pihak sekolah juga berjanji akan melindungi DS," kata Arist saat dihubungi tabloidnova.com.
Sebelumnya, DS dan ibunya Rauden sempat syok lantaran pada hari Senin, 4 Oktober 2012 lalu lewat sebuah upacara bendera, pihak kepala sekolah yang juga mewakili yayasan Budi Utomo mengumumkan bahwa DS tidak boleh sekolah lagi lantaran telah mencemarkan nama baik sekolah. Bahkan saat DS tetap nekat masuk kelas di lantai 2, seorang guru yang menjaga minta agar DS berkemas-kemas.
Begitu diminta keluar, DS langsung turun dan menangis histeris. Dalam waku bersamaan ibunya yang sebelumnya dipanggil untuk ke sekolah datang dan langsung memeluk putrinya. "Dia tentu sangat syok diperlakukan begitu oleh pihak sekolah. DS itu, kan, korban. Harusnya pihak sekolah melindungi. Ini malah sebaliknya," tandas Arist.
Menurut Arist DS adalah korban penjualan gadis untuk kepentingan seks. Awalnya, DS berkenalan dengan D, seorang pria lewat jejaring sosial, FB. Sekitar pertengahan September mereka sempat komunikasi dan berjanji bertemu di sebuah mal di Depok. "Mereka sempat ketemu. Beberapa hari kemudian mereka janji ketemu lagi. Namun kali ini yang datang bukan D, melainkan utusannya. Nah, sang utusan mengajak DS ke Parung untuk dipertemukan dengan D.
Rupanya itu hanya jebakan. D yang diduga salah satu anggota sindikat penjualan gadis ini lalu menyekap di sebuah rumah di Parung, Bogor. "Ternyata di sana banyak bodyguard-nya. Handphone DS sempat dijual untuk biaya hidup mereka."
Tiga hari D disekap di rumah tersebut. Ia sempat di pindah ke rumah lain. Ternyata di sana banyak korban serupa. Nah, dari obrolan itu, DS tahu ia akan dijual ke Batam untuk pekerja seks. Di hari ketujuh D mengajak DS ke terminal Depok.
Rupanya D yang sehari-hari menjadi sopir angkot tembak ini ingin mencari beaya perjalanan ke Batam. Saat itulah ada tetangga yang mengetahui DS dan melaporkan ke keluarganya yang sudah seminggu kebingungan lantaran DS pergi tanpa meninggalkanpesan.
Saat ibunya datang, lanjut Arist, D sudah kabur. "Sampai sekarang D masih dalam pengejaran polisi," jelas Arist yang menambahkan setelah berita ini diblow up media pihaknya langsung mendatangi DS untuk memberi perlindungan. "Kami rayu dan kuatkan agar DS mau sekolah lagi. Akhirnya dia mau dan berjanji akan amsuk sekolah Senin tanggal 8 Oktokber. Begitu masuk dia malah dipecat dari sekolah."
Saat pertama ditemui, DS sebenarnya snagat trauma dan syok lantaran ia merasa malu diberitakan banyak media. "Memang tidak menyebut nama, tetapi tetangga semua tahu." Selain itu, lanjut Arist, D adalah korban yang layak dilindungi. "Dia bukan pelaku."
Arist akhirnya lega pihak sekolah hari ini membatalkan pemecatan itu. "Meski demikian, kami akan mengirim psikiater agar kondisi kejiwaannya membaik. Saya melihat dia masih trauma dan syok. Tapi beruntung ia masih mau sekolah lagi."
Ketua Komnas PA ini menambahkan, DS adalah korban penjualan gadis untuk seks. "Polisi harus segera meringkus pelakunya. Saat ini perkara ditangani Polresta Bogor karena wilayah kejadiannya di Bogor."Krisna