"Semua Keinginan Papa Sudah Terlaksana..." (2)

By nova.id, Selasa, 9 Oktober 2012 | 04:18 WIB
Semua Keinginan Papa Sudah Terlaksana 2 (nova.id)

Semua Keinginan Papa Sudah Terlaksana 2 (nova.id)
Semua Keinginan Papa Sudah Terlaksana 2 (nova.id)

"Rini dan faris sudah merelakan kepergian sang ayah. (Foto: Dok NOVA) "

Berita dari Faris itu lalu dikonfirmasi oleh salah seorang anggota TNI AU kepada Rini. "Saya diserahi tas milik Mas Toni. Pikiran saya langsung berkecamuk, tapi saya tetap berusaha agar tak pingsan. Padahal, jiwa ini rasanya sudah terpisah dari raga," ujar ibu dua anak ini. Rini juga tak bersikukuh menuju RS Hasan Sadikin.

"Semua orang bilang, tidak usah. Khawatir saya tak kuat," kata Rini yang menduga jenazah sang suami sudah tak utuh lagi akibat benturan yang menghancurkan moncong pesawat. "Saat peti jenazah dibawa ke rumah pun, sudah dalam kondisi ditutup. Saya juga tidak ngotot mau lihat jasadnya," tutur Rini yang menjalin asmara dengan Toni saat mereka masih tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 1990-an. "Saat itu saya masih kuliah, sementara Mas Toni baru bergabung dengan TNI AU dan penempatan pertama di sana. Rumah kami bersebelahan," ujar Rini yang berayahkan prajurit TNI.

Sejak menikah tahun 1998, Rini setia mendampingi Toni yang di TNI AU menerbangkan pesawat tempur jenis Skyhawk. Karena penugasan Toni kerap berpindah daerah sementara Rini bekerja di Jakarta, pasangan yang dikaruniai dua anak, Faris dan Muhammad Hanif Rafassya Rifki Hartono (2,5), ini pun terpaksa tinggal berjauhan. "Baru empat bulan lalu kami putuskan tinggal di Bandung."

Rupanya, Toni yang beberapa waktu lalu 'gantung helm' alias berhenti terbang, dipindahtugaskan menjadi staf TNI AU. "Mas Toni memutuskan pensiun dini karena tak betah kerja di belakang meja. Terbang sudah jadi bagian jiwanya. Dia lalu mendaftar jadi instruktur di Bandung Pilot Academy (BPA) setahun lalu," kisah Rini sambil menambahkan, "Selama berkumpul kembali empat bulan itu, banyak sekali kenangan indah. Kebetulan rumah ini juga belum jadi sepenuhnya, Mas Toni suka bantu mengecat bersama para tukang jika sedang tidak mengajar," kenang Rini.

Suatu ketika, ingatnya, Toni pulang membawa berkantung-kantung plastik berisi lampu. Saat ditanya buat apa lampu sebanyak itu, "Kata Mas Toni, untuk dipasang di ruang tamu dan garasi. Jadi kalau ada acara, bisa terlihat bersih dan rapi. Tak tahunya dia menyiapkan lampu untuk acara pengajian ini," ungkap Rini meneteskan air mata.

Firasat lain yang dirasakan Rini, "Tanpa sepengetahuan saya, dia menelepon teman-teman lamanya di AU. Dia minta mereka datang ke Bandung hari Sabtu untuk menonton atraksinya. 'Setelah itu, kumpul di rumahku, ya,' katanya. Ternyata benar, sepulang menonton BAS, semua temannya memang berkumpul di rumah," imbuh Rini sambil mengatakan, rumah yang ditempatinya sengaja dipilih karena dekat dengan rumah orangtuanya. "Kata Mas Toni, biar kalau ditinggal ada yang jaga anak-anak. Tak tahunya, ini maksudnya..."

 Ajeng