Lulu Susanti: Saya Harus Mampu

By nova.id, Kamis, 24 Juli 2014 | 03:24 WIB
Lulu Susanti Saya Harus Mampu (nova.id)

Lulu Susanti Saya Harus Mampu (nova.id)

"Foto: Ahmad fadilah / NOVA "

Boneka bernama Ina kerap menemaninya berdakwah. Semangatnya memang tinggi untuk berbagi ilmu pada semua lapisan usia, termasuk anak-anak. Kini, wajahnya semakin sering tampil di layar kaca.

Di bulan Ramadan, nyaris setiap hari wajah ustazah Lulu Susanti S.Pd.I,M.Ag (28), menghiasi berbagai program televisi. Antara lain dalam program Berbalas Kultum (Kompas TV), Pendongeng Islami, Cerita Sahabat MNC Muslim, dan menjadi juri dalam Dai Cilik (RCTI). "Alhamdulilah, semua itu dirintis sejak nol. Insya Allah ini berkah mengikuti nasehat bunda, sejak kecil saya sudah diarahkan untuk belajar agama dan Alquran," urai bungsu dari dua bersaudara ini.

Kini, penampilan Lulu semakin berkarakter. Sejak ia membawa serta Ina, boneka berhijab yang selalu menemaninya dalam menghadapi audiens anak-anak (Road Show Dongeng Kak Lulu).

Soal boneka Ina ini, rupanya bermula dari kegelisahan Lulu yang merasa harus memiliki kemampuan lebih dalam melakukan tausiah, khususnya di hadapan anak-anak. Melihat kemampuan Kak Yaya (seniornya) dalam mendongeng, Lulu mengutarakan niatnya untuk belajar. "Saya harus mampu. Sebab, menurut hasil penelitian, anak-anak hanya bisa efektif berkonsentrasi menerima pesan lima menit saja. Selebihnya bubar. Nah, bagaimana caranya menarik minat anak agar mereka tetap duduk manis, itu yang harus dipelajari."

Boneka Ina

Demi belajar mendongeng, Lulu membagi waktu dengan cermat. Hampir setiap hari selepas kuliah, dan mengajar di TK Kembang, Depok, dia berangakt ke Bekasi mendatangi rumah seniornya. Setelah merasa mampu mendongeng bahkan sempat beberapa kali diajak tampil mendongeng oleh para seniornya, Lulu memberanikan diri tampil dengan mengusung boneka bernama Ina sebagai boneka yang menemaninya bertausiah.

Boneka Ina sengaja dipesan Lulu pada pembuat boneka di kawasan Depok, Jawa Barat. "Lebih baik bikin sendiri daripada mengusung karakter boneka yang sudah ada," serunya sambil mempersiapkan koleksi baju muslim milik Ina.

Mulanya, Ina tidak memakai hijab. Tapi, karena banyak pertanyaan, akhirnya Lulu memesan nama Ina yang sengaja diambil oleh Lulu yang juga atlet karate ini. "Waktu jadi atlet, aku merasa bangga sebagai perwakilan Indonesia yang biasanya disingkat Ina. Selain itu, nama Ina mudah disebutkan dan diingat anak-anak."

Meski demikian, Lulu tak tergantung pada karakter Ina. Ia tampil bersama Ina hanya di acara yang melibatkan anak-anak. "Jadi, Ina tidak setiap hari dibawa. Tergantung di mana dan siapa target audiens saya."

Dengan mata berbinar, Lulu bercerita jika sejak kecil ibundanya sering mengajaknya menghadiri berbagai acara pengajian. Terbiasa dengan kondisi seperti itu, suatu hari Lulu kecil bercita-cita ingin menjadi ustazah. Ia pun merasa senang bahkan menikmati sejumlah pengalaman mengaji di berbagai tempat.

Lulus dari Madrasah Ibtida'iyah (SD) Daarul Falah 1 Cilodong, Depok, Lulu bersama kakaknya lalu disekolahkan ke Pondok Pesantren Daaruttaqwa, Cibinong, Bogor. Ia merasa tercambuk ketika suatu hari mendapat hukuman karena belum terbiasa menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi sehari-hari. "Sejak dihukum itu, saya berubah. Saya cari kakak kelas yang pandai, saya belajar berbahasa Arab dan Inggris terus menerus hingga berprestasi. Bahkan, sempat dikirim lomba mewakili Pondok Pesantren," jelas penulis Kumpulan Lagu TK dalam 3 bahasa, Kamus Bahasa Inggris TK, Kumpulan Doa, Hadist dan Surat-surat pendek, juga buku non fiksi Karateka Menuju Mimbar Dakwah, Membangun Karakter Anak, dan Metode Mendongeng Menyenangkan.

Banyak Cita-cita

Bertemu dengan berbagai orang, serta sejumlah pengalaman yang terekam sejak kecil membuat Lulu punya banyak cita-cita. Sikap positif thinking dan ingin selalu maju sudah mendarah daging baginya. Hingga terbersit keinginan menjadi sutradara, produser, pendongeng, guru, artis sinetron, penulis buku, dan ustazah.

"Saya pernah ikut tes di IKJ (Institut Kesenian Jakarta) karena saya ingin belajar sinematografi. Rupanya jalan hidup berbeda. Pada saat mengikuti tes masuk di IKJ, saya harus mengikuti masa orientasi."

Di saat yang sama. lanjut Lulu, ternyata bertepatan dengan hasil pengumuman Da'i dan Da'iah MNC TV. "Karena saya masuk seleksi, maka saya harus mengikuti karantina di MNC TV selama tiga bulan. Waktu itu sempat bingung. Tapi, saya meminta nasihat dari bunda, mana sebaiknya yang saya pilih."

Terbukti nasihat ibu memang tak pernah meleset. Lulu berhasil menembus babak demi babak hingga masuk 10 besar. Ketika itu, akunya, karena kalah dalam polling sms, Lulu terhenti sebagai finalis ke-7. Meskipun tak berhasil menggondol predikat sebagai juara Da'i dan Da'iah 2010, namun, Lulu tak patah semangat. Tawaran bermain sebagai ustazah dalam sinetron Pesantren Rock n' Roll diterimanya. Perlahan tapi pasti, Lulu kembali meneruskan kuliahnya. Kali ini dia mengambil gelar S1 di Fakultas Tarbiyah IAI, Al Aqidah, Jakarta, sambil tetap menjajal berbagai peluang tampil di layar kaca.

Lulu juga meneruskan kuliah S2 di jurusan Konsentrasi Ilmu Tafsir, Institut PTIQ Jakarta. "Alhamdulillah, satu persatu cita-cita saya terlampaui. Sebagai penulis buku dan ustazah, juga sebagai pendongeng, saya sering merekam bahkan mengedit sendiri hasil video milik saya dan semua bisa tersalurkan dengan mengunggahnya ke situs Youtube," ujarnya.

Namun, dengan rendah hati Lulu mengaku masih harus banyak belajar dan menambah jam terbang. Maklum saja, kelak jika sudah menikah ia ingin mendirikan sebuah pesantren di kawasan Parung, Jawa Barat. Saat ini dari pundi-pundi honor ceramahnya, ia sisihkan sebagian untuk membangun tanah di Parung itu.

Erni/Tabloidnova.com