Makanan yang satu ini berasal dari pohon rotan. " Zaman dahulu kala, banyak orang yang pergi ke hutan. Nah, karena di hutan tak ada makanan, mereka melihat umbut-umbut ( pucuk) rotan ini dimakan oleh tupai. Lalu, mereka mencoba pucuk rotan itu ternyata enak juga. Sejak itu, rotan dimakan orang hingga saat ini," ujar Dahlan Siregar, penjual rotan yang sering disebut Pakkat. .
Pakkat terasa manis, pahit, dan kelat.."Makan Pakkat ini harus yang lembut sedangkan kalau yang keras tak enak dimakan. . Rata-rata yang menyukai Pakkat ini bilang rasanya lebih enak dari ikan. Cara memasak rotan ini dibakar pakai tempurung. membakarnya cukup 15 menit,." tuturnya.
Rotan ini harus dicari di rawa-rawa atau di pedalaman. "Biasanya rotan ini banyak terdapat di Barumun dan Kota Pinang. Satu rotan sepanjang tangan ini dibanderol Rp 5 ribu/3 rotan.Tapi, orang biasanya makan Pakkat ini untuk buka puasa dan sahur," ujar Dahlan yang menggelar lapaknya saat Ramadan di Jl Pancing, Simpang Aksara Medan.
Sehari-hari Pakkat banyak dijumpai di Rumah Makan Mandailing." Rumah Makan Mandailing harus ada Pakkat agar orang banyak yang datang. Biasanya kalau berminat, saya akan mengirim mentah-mentah rotan ini. Sampai di rumah dibakar saja," ujar Dahlan yang sudah 20 tahun berjualan Pakkat ini bersama istrinya Asmizar.
Debbi