Tragedi Tewasnya Dua Perwira Kapal Selam (1)

By nova.id, Rabu, 18 Juli 2012 | 09:57 WIB
Tragedi Tewasnya Dua Perwira Kapal Selam 1 (nova.id)

Tragedi Tewasnya Dua Perwira Kapal Selam 1 (nova.id)

"Dina (Foto: Gandhi) "

Latihan SAR awak kapal selam Cakra TNI AL Armada Timur di  Pantai Situbondo (Jatim), Sabtu (7/11) berakhir duka.  Dua perwira Kol (P) Jeffry Stanley Sanggel serta Mayor (T) Eko Idang Prabowo (33) yang saat itu diskenariokan berusaha melepaskan diri dari kapal selam yang tengah terdampar di dasar laut tidak berjalan mulus.  Akibat kecelakaan itu nyawa keduannya tidak berhasil diselamatkan.  Berikut curahan hati Dina Anggraeni (33) istri Mayor Eko Idang, yang ditemui Nova, Rabu (11/7) di rumahnya Waru, Sidoarjo.

Sungguh ini adalah tragedi terbesar sepanjang hidupku. Aku tak menyangka jika bakal menerima cobaan seberat  ini.  Memang, hidup mati manusia merupakan takdir yang Kuasa tapi apapun kepergian Mas Eko yang begitu mendadak benar-benar membuatku terpukul.  Siapa yang tidak terkejut, karena tidak ada firasat apapun bakal kehilangan dia.

Hari Kamis (5/7) Mas Eko seperti biasa berangkat dinas sebagai awak kapal selam Nanggala, yang bermarkas di pangkalan TNI AL Surabaya.  Sebelum berangkat aku diberitahu bahwa dia tak akan pulang sebab dia akan mengadakan latihan SAR di Pantai Pasir Putih Situbondo yang puncak latihannya diadakan pada Sabtu (7/7). Sebagai istri prajurit ditingal tugas seperti itu hal yang biasa. Bahkan, beberapa saat lalu aku sempat ditinggal sekitar sebulan lamanya ketika Mas Eko mengambil kapal Nanggala dari Korea. 

Selain itu jauh-jauh hari aku juga sudah tahu,  sebab semenjak menghadapi latihan ini Mas Eko bersama pasukan yang lain sudah berlatih sekitar tiga bulan sebelumnya.  Tak jarang pula, ia sampai rumah baru pukul 21.00. Menurut Mas Eko, beragam jenis latihan dilakukan yang semuannya bertujuan agar puncak latihan nanti berjalan dengan sukses.  

Dari simulasi yang selintas disampaikan kepadaku, kelak dalam latihan itu kapal selam sengaja ditenggelamkan di dasar laut, kemudian ada tim SAR yang akan mengevakuasi pasukan yang ada di dalam.

TIDAK PERCAYA

  Karena itulah, ketika siang hari di hari di naas itu Mamaku menelpon memberi kabar katanya kapal selam Mas Eko tenggelam di Pasir Putih, aku tenang-tenang saja.  Sebab, memang begitulah simulasi yang dilakukan.  Bahkan, aku yang kala itu tengah mengendarai mobil di jalanan aku berusaha menenangkan Mama bahwa tidak perlu khawatir karena Mas Eko pasti akan baik-baik saja.

  Demikian pula, ketika aku sampai di rumah, ada beberapa orang yang datang untuk memberitahu tentang kecelakaan itu, tetapi lagi-lagi aku tetap ngotot bahwa itu bukanlah kecelakaan tapi memang itu menjadi bagian dari skenario latihan.  Entah, pokoknya saat itu saya benar-benar yakin, tidak terjadi apa-apa pada diri Mas Eko.

  Namun keyakinan akan keselamatan Mas Eko itu mulai berubah ketika tiba-tiba atasan  Mas Eko yakni Letkol Purwanto bersama istri datang ke rumah. Ketika memasuki halaman rumah Ibu Purwanto dengan mata sembab menghampiriku sambil berkata, "Bu yang sabar ya," demikian sambil menahan tangis. Mendengar ucapannya demikian, aku mulai curiga kalau Mas Eko mengalami kecelakaan latihan. Kendati demikian, aku masih belum menyangka kalau Mas Eko meninggal dunia.  Aku masih optimis Mas Eko, jiwany masih tertolong sehingga aku saat itu bergegas minta diantar ke RSAL. Dr. Ramelan,  Surabaya.

  Setiba di rumah sakit itulah aku sudah tak bisa mengingakri kenyataan. Ketika aku langsung dibawa ke kamar jenazah, disana sudah terbujur tubuh Mas Eko.  Tentu saja aku menjerit sejadi-jadinya. Aku tak bisa menggambarkan perasaanku kala itu. Yang pasti rasa antara percaya dan tidak berkecamuk menjadi satu.  Aku tak tahu persis bagaimana dan mengapa Mas Eko sampai meninggal dunia. Karena, yang tahu persis tentu pihak TNI AL yang saat ini tengah melakukan penyelidikan.

 

Gandhi Wasono M. / bersambung