Uniknya, di antara para peserta pelatihan yang dilakukan di salah satu ruang perteman di Desa Talibeng, Sidemen, ternyata terdapat dua guru SMP Negeri 1 Sidemen yang mengikuti pelatihan. Mereka adalah I Gusti Aku Karang, biasa disapa Bu Ayu (40) dan Ketut Tumban (45). "Ya, kami ikut pelatihan ini agar bisa menularkan ilmu ke murid-murid kami. Karena di sekolah kami ada ekstrakulikuler menenun sejak 2005. Ekstrakulikuler ini baru ada di sekolah kami," papar Ayu, guru PKN dan koordinator ekstrakulikuler menenun SMPN 1 Sidemen.
Ketut yang juga merupakan guru PKN SMPN 1 Sidemen dan koordinator SMPT (Sekolah Menengah Pertama Terbuka) di Sidemen, menambahkan, "Ada 10 unit pesawat atau alat tenun yang disumbangkan Pemda Bali untuk sekolah kami. Tadinya untuk siswi SMPT agar ada kegiatan yang menghasilkan. Bahkan mereka sering dapat juara di lomba menenun di Jakarta. Tapi makin lama jumlah murid SMPT makin menurun, karena tingkat ekonomi orangtua murid mulai membaik. Akhirnya alat tenun itu tetap dipakai untuk ekstrakulikuler tenun bagi siswi SMPN 1 Sidemen."
Menurut Ayu, para siswi SMPN 1 Sidemen cukup berminat dan tertarik mengikuti ekstrakulikuler menenun yang diadakan setiap hari Sabtu seusai jam sekolah, selama 1 jam. "Pengajarnya perajin tenun dari Sidemen, namanya Ibu Desa Putuwati, yang mengajarkan para siswi cara menenun dari tahap dasar. Soalnya masih banyak siswi yang belum pernah menenun sama sekali."
Ya, tentu banyak cara untuk melestarikan tenun Bali. Jika bukan mereka sendiri yang melakukannya, lantas siapa lagi?
Intan Y Septiani