Balada Koperasi Langit Biru

By nova.id, Senin, 18 Juni 2012 | 08:45 WIB
Balada Koperasi Langit Biru (nova.id)

Balada Koperasi Langit Biru (nova.id)

"Foto: Laili "

Pasca insiden penyerbuan Koperasi Langit Biru (KLB) pada 30 Mei dan 2 Juni silam, investor yang tergabung dalam Forum Komunikasi Investor Menggugat (FKIM) melaporkan Jaya Komara ke Bareskrim Mabes Polri (15/6) lalu. Yanto, ketua forum mewakili para investor berharap ketua koperasi yang kini buron segera tertangkap.

Investor KLB yang diketahui berjumlah sekitar 124 ribu orang ternyata tak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada juga yang berasal dari luar negeri. "Mereka orang Indonesia yang kerja di India, Jepang, Amerika. Transaksi setoran investasi dilakukan cash oleh keluarga mereka. Dana itu kata Jaya ditaruh di suatu tempat dan dijaga oleh seribu malaikat," papar Yanto.

Hal senada dibenarkan oleh Dadang, sekretaris forum yang juga investor lama. Meski nasi telah menjadi bubur, ia tak habis pikir bisa tertipu investasi berkedok koperasi di Desa Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang ini. Sebelumnya, Dadang sempat mencari tahu sosok Jaya yang dipanggil ustaz oleh masyarakat setempat. Jaya, sepengetahuannya tinggal di Perum Bukit Cikasungka sejak 2001, bersama istrinya Nurjanah dan 9 anak. Ia adalah warga pendatang dan menempati rumah kosong di Perum tersebut.

"Tahun 2002 dia bikin arisan daging kecil-kecilan. Setelah sukses warga pada percaya. Apalagi sosok dia religius, ramah, dan suka ceramah di banyak masjid jadi orang yakin dan panggil dia ustaz."

Dadang makin yakin karena Jaya tak pernah mendoktrin, hanya berdakwah tentang agama dan di luar itu ia tak pelit berbagi ilmu tentang usaha atau investasi. Dadang lalu berkenalan dengan teman-teman investor yang sudah berhasil. "Jujur, saya tergiur. Semua informasi ini dimulai dari MLM yaitu mulut ke mulut."

Berubah Sepulang Dari Pakistan

Sosok Jaya menurut Dadang, dikenal sederhana baik secara penampilan maupun perilaku. Dahulu Jaya pernah melakukan pengobatan urut, jual minyak gosok, dan dagang kerupuk atau asongan di kereta. "Orang sana kenal dia "Udin Asong." Tapi, sejak punya usaha investasi di PT Transindo Jaya Komara (TJK), usahanya pesat," ujar warga Karawaci ini. KLB pun makin jaya di tahun 2010-2011.

Usahanya melebar ke garmen, pasir besi, air mineral, transportasi, minyak goreng, kopi. "Dia punya mobil mewah, rumah mewah untuk para istrinya. Bilangnya hasil dari perputaran usaha dan ada yang hibah mobil itu." Namun, kecurigaan para investor mulai berhembus setelah Jaya pulang dari Pakistan pasca kegiatan jamaah tabligh di penghujung 2011. Ia mendadak mulai sulit ditemui.

General Manajer KLB saat itu, Sobur juga mengakui jangankan untuk membayar investor, penggajian karyawan saja terhenti sejak bulan Maret-Mei 2012. Putaran dana dari semua usaha yang dikelola Jaya juga tak cukup untuk membayar bonus para investor. "Yang aneh dia masih bisa nikah di bulan Maret," ujar Dadang. Tak heran setelah insiden penyerbuan, Jaya dan keluarganya mendadak lenyap bagai ditelan bumi.

Dadang dan teman-teman investor lainnya telah mencari keberadaan Jaya termasuk ke tempat tinggal istri-istrinya. Ya, pria 43 tahun ini diketahui 'rajin' menikah. Sepengetahuannya dari 14 perempuan yang dinikahi, empat di antaranya tercatat resmi. Namun, karena tak juga tahu dimana rimbanya, 4 Juni lalu digelar rapat untuk menunjuk pengurus baru. "Tapi, kelanjutannya tak ada. Makanya kami laporkan Jaya Komara. Kami ingin dia segera tertangkap dan mengembalikan hak para investor. Kami akan terus mengawal kasusnya sampai sejauh mana ditindaklanjuti pihak berwenang dan yang terkait," tegas Yanto.

Forum yang diprakarsai bersama ini juga menjadi wadah para investor yang kebingungan. Sebab tak hanya kalangan berduit, banyak dari mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, "Banyak yang stres, karena demi investasi ada yang gadai kendaraan, rumah, sampai pakai uang pesangon untuk modal. Kasihan yang tak punya rumah karena disita," ungkap Dadang prihatin.

Ade Ryani