Tangkisan Berujung Hukuman Penjara (2)

By nova.id, Kamis, 7 Juni 2012 | 06:05 WIB
Tangkisan Berujung Hukuman Penjara 2 (nova.id)

Tangkisan Berujung Hukuman Penjara 2 (nova.id)

"Enam dari tujuh anak-anak Denarsih kini diasuh kakek-neneknya di Slawi. (Foto: Sukrisna/NOVA) "

Jadi Pemarah

Bisa bebas dan segera mengasuh anak-anaknya, itulah keinginan Danersih yang selama ini sudah merasa banyak berkorban. sejak tahun 2000, kisahnya, Lukman yang sudah menjadi pacarnya sejak SMA, berubah jadi pemarah. "Setelah kawin, saya sempat kerja tapi  berhenti karena anak-anak perlu perhatian. Apalagi saat itu salah satu anak kami sering sakit-sakitan." Ia kemudian berbisnis MLM dan membuka warung di rumah sementara Lukman melanjutkan studi hingga S2. "Saya ikut membiayai kuliahnya. Sebagai istri saya berharap setelah lulus kuliah, gaji suami jadi naik."

Alih-alih mendapat tambahan uang belanja setelah Lukman lulus S2, berapa gaji suaminya sebagai guru PNS saja Danersih mengaku tak pernah tahu. "Kalau ditanya, dia malah marah. Lukman jadi suka main pukul dan menendang. Belum lagi kata-katanya yang menyakitkan," cerita Danersih.

Ia bahkan mengaku sudah tidak ingat lagi berapa kali dikasari sang suami. "Tragisnya, itu dilakukan di depan anak-anaknya yang masih kecil-kecil," sela Yasin yang sempat menghadirkan Gilang di persidangan untuk menceritakan kehidupan orangtuanya. "Dalam seminggu, Danersih bisa dipukuli suaminya hingga empat kali. Ini fakta persidangan, lho."

Selama itu, Danersih memilih diam. Paling cerita ke mertua. Itu pun bikin Lukman tambah berang. "Saya juga sempat mengadu ke ustaz dan disarankan lapor ke polisi. Waktu itu saya terpikir, bagaimana perasaan anak-anak kalau ayahnya masuk penjara. Saya tak memikirkan soal biaya hidup, tapi psikologis anak-anak saja."

Mata Danersih lalu menerawang. Ia kemudian seperti bicara kepada dirinya sendiri, "Tahu begini, dari dulu saya laporkan tindakan KDRT dia..."

Takut Arwah Tidak Terima

Benar, kata Hj. Maunah, ada keluarganya yang melapor polisi meski semula mereka sepakat tidak akan memperpanjang masalah ini. "Ada yang bilang, ini pembunuhan. Kami takut arwah Lukman tidak terima di sana kalau masalah ini didiamkan," tuturnya saat ditemui di persidangan Danersih, Rabu (30/5) lalu.

Yang jelas, ibu enam anak ini membantah menguasai harta Lukman. "Kami hanya menyelamatkan harta Lukman. Kami tak punya niat menguasai. Sampai sekarang pun, tidak pernah kami pakai, apalagi dijual," tandasnya. Langkah mengamankan harta pun, "Atas saran tetangga. Katanya, daripada mengundang niat orang jahat. Rumah itu, kan, kosong."

Kesedihan karena kehilangan anak, sebut Maunah, semakin bertambah ketika keluarga Danersih mengambil tujuh cucunya. "Saya sebenarnya juga ingin mengasuh mereka. Ya, kalau tak semuanya, kan, bisa mengambil dua atau tiga. Setelah Danersih keluar, nanti akan kami serahkan lagi. Tapi mereka ambil semuanya. Ya, sudah..."

Menyoal tuntutan berat terhadap Danersih, Jaksa M. Rahman tak menampik jika kasus yang dialami oleh Danersih sangat memprihatinkan. "Di satu sisi, dia adalah ibu tujuh anak yang harus mengasuh dan merawat namun di sisi lain ia harus menghadapi masalah yang membuat suaminya meninggal."

Sebagai jaksa, Rahman mengaku tetap berjalan di koridor hukum dengan tuntutan hukuman 10 tahun, sesuai fakta yang terungkap di persidangan. "Soal berapa hukumannya nanti, terserah majelis hakim," kata Rahman.

Sukrisna