Solo Menari 24 Jam Menari untuk Keindahan Dunia

By nova.id, Rabu, 9 Mei 2012 | 10:21 WIB
Solo Menari 24 Jam Menari untuk Keindahan Dunia (nova.id)

Solo Menari 24 Jam Menari untuk Keindahan Dunia (nova.id)
Solo Menari 24 Jam Menari untuk Keindahan Dunia (nova.id)

"Wakil Walkota Solo FX Rudy disambut hangat masyarakat. "I love you Pak Rudy," teriak penonton. (Foto: Rini/NOVA) "

Libatkan 4 Keraton

Solo Menari 24 jam merupakan hajat besar seniman dan masyarakat Solo. Sepanjang 24 jam  puluhan jenis tari mulai klasik, modern, dan kontemporer dipentaskan di ISI Surakarta. Sebagian lainnya di ruang publik seperti Taman Sri Wedari, Ngarsapura, dan beberapa mal kota. Acara ini ini juga melibatkan Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, Kasultanan, dan Pura Pakualaman. Masing-masing menggelar tarian Jawa klasik yang mampu menyedot kekaguman dan tepuk tangan penonton yang memenuhi emperan Pendapa ISI.

Pentas budaya nan monumental ini semula digagas oleh  seniman tari  Eko Supriyanto, Dwi Wahyudiarto, dan Joko Aswoyo. Menurut Eko, fokusnya untuk meriahkan Hari Tari Sedunia yang sudah dirayakan dan dinikmati seluruh penggiat tari di seluruh dunia. "Tidak ada salahnya kita melakukan ini. Terlebih Indonesia  punya berbagai ragam kesenian dan kebudayaan," terang Eko, mantan penari latar penyanyi Madonna.

Eko menambahkan, Solo Menari 24 Jam, bisa menjadikan penguatan budaya. "Bila budaya kuat, pastinya masyarakat dan sumber daya manusia makin mapan dan mengerti, serta menghargai betul apa dan bagaimana kebudayaan yang kita miliki yang sangat berbeda ini. Saya pikir masyarakat akan ikut memiliki dan menghargai betul. Setelah itu tanpa ditata pun masyarakat luar (wisatawan, Red.) akan datang dengan sendirinya."

Tahun ini terasa istimewa dengan penampilan lima penari yang terus menari selama 24 jam tanpa henti di lingkungan ISI. Mereka adalah Mohammad Norisham Bin Osman (Singapura), Hari Heriyanto (Madura), Dionisius  Wahyu Anggara Aji (Solo), Rizky Al Sadam Saputra, dan Yuliana Seconda Titasari (ISI Yogyakarta). Para penari ini  makan, minum, ganti baju, bahkan ke toilet dengan terus menari mengikuti irama musik yang terus berganti. Untuk berganti lokasi menari pun meraka lakukan sembari menari.

Senin (30/4) pagi pun tiba.  Dan 15 menit lagi jarum jam menunjuk tepat jam 06.00. Irama musik yang dimainkan para dosen, mahasiswa Jurusan Etnomusikologi dan Mahasiswa Tari ISI Surakarta, terus menyemangati kelima penari  dengan irama musik dan tetabuhan bambu yang menghentak. Ketika  jarum jam tepat menunjuk jam 06.00, kelima penari mengakhiri gerakan tariannya dengan ekspresi kegembiraan. Kelima­nya pun berpelukan.

Wakil Rektor Prof.Dr. Sri Rochana W,S.Kar.,M.Hum menyerahkan sertifikat penghargaan kepada lima penari. Harapan Rochana, acara ini membuat masyarakat bisa menari tiap hari dan tiap saat untuk keindahan dunia. "Masyarakat yang tahun depan ingin ikut menari di acara yang sama, bisa mendaftar mulai sekarang," terangnya.

Kepada NOVA, kelima penari rata-rata mengaku tidak mempermasalahkan rasa letih. Yang harus mereka lawan hanya rasa kantuk. "Kami saling memberi support saat kantuk menyerang," terang Yuliana, satu-satunya penari  perempuan. "Saya terharu bisa menari 24 jam. Saya ingin mengatakan pada penari di negeri saya, kalau mau menjadi penari sungguhan harus menari 24 jam di sini," tutur Oesman yang di negeri asalnya adalah seorang koreografer.

Rini Sulistyati