Dari Sidang Perdana Tabrakan Maut

By nova.id, Sabtu, 28 April 2012 | 02:17 WIB
Dari Sidang Perdana Tabrakan Maut (nova.id)

Dari Sidang Perdana Tabrakan Maut (nova.id)

"Afriyani dan keluarga (dok pri) "

Kasus tabrakan maut di Tugu Tani yang terjadi awal tahun 2012 ini akhirnya masuk ruang sidang pada Kamis (26/4). Afriani Susanti (29), tersangka tunggal yang menghilangkan 9 nyawa tersebut duduk di kursi pesakitan dalam diam. Di belakangnya, keluarga korban yang hadir di persidangan menuntut hukuman seberat-beratnya. Rencananya, keluarga korban juga bakal mengajukan tuntutan perdata kepada supir Xenia Maut tersebut.

Afriani tiba di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat ditemani enam pengacara dengan kawalan ketat ratusan petugas kepolisian. Polisi memang sengaja menyiapkan pasukan gabungan untuk mengamankan jalannya sidang. Kehadiran puluhan keluarga korban yang masih sakit hati akibat ulah Afriani, ditakutkan bakal memicu kericuhan.

Untungnya, sidang beragendakan pembacaan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) tersebut berjalan lancar. Keluarga korban puas dengan ancaman 15 tahun penjara dari pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, 12 tahun penjara dari UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan 1 tahun dari UU tentang penggunaan narkoba.

Mendengar tuntutan JPU, Afriani yang datang mengenakan kemeja putih lengan panjang dan jilbab berwana kelabu hanya tertunduk lesu. Beberapa kali ia terlihat menghapus air mata yang meleleh ke pipinya dengan sapu tangan warna hijau. Usai sidang yang berjalan selama sekitar 2 jam tersebut, Afriani kembali dikawal ketat menuju ruang tahanan sementara PN. Ia harus menunggu beberapa sidang lain terlebih dahulu sebelum kembali ke Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu bersama tersangka yang lain dengan mobil kejaksaan. Sepanjang jalan, Afriani hanya tertunduk diam menghadapi serbuan pertanyaan wartawan.

Sementara itu, kuasa hukum keluarga korban, Rory Asmara Sagala SH, mengakui kliennya menyambut baik tuntutan JPU terhadap Afriani. Terlebih pada penggunaan pasal pembunuhan. "Sembilan nyawa sudah melayang atas perbuatannya," tandas Rory. Selanjutnya, "Keluarga korban akan mengajukan tuntutan perdata. Kami masih menghitung berapa angkanya. Kerugian materiil dan imateriil yang diderita korban mungkin jumlahnya bisa milyaran!"

Penuh Foto Korban

 Tak hanya keluarga korban meninggal yang hadir menyaksikan sidang Afriani. Akbar (14) dan Indra (13), korban selamat dari kecelakaan maut tersebut datang didampingi ibu angkatnya, Susana (52). Akbar yang biasa disapa Abai berjalan lunglai memasuki ruang sidang PN Jakarta Pusat. Wajahnya pucat pasi dan basah oleh keringat. "Iya, memang Abai masih trauma. Apalagi ketika ditanya-tanya seputar kejadian itu," tutur Susana.

Akibat tertabrak mobil yang dikemudikan Afriani tersebut, Abai dan Indra sempat terkapar di rumah sakit selama beberapa waktu. "Lutut kiri Abai bergeser, sampai saat ini Abai mengaku masih nyeri untuk berjalan. Sementara Indra sempat koma beberapa hari di RS. Bahkan dokter sempat menyatakan Indra tidak tertolong," beber Susana.

Meski luka fisik yang dialami Abai dan Indra sudah tidak terlihat, "Luka dalam alias traumanya masih sangat terasa. Abai dan Indra jadi lebih pendiam. Bagaimana tidak, mereka melihat empat temannya menjadi korban tewas dan luka-luka. Bahkan Abai sempat membantu mengangkat Indra dan beberapa temannya."

Lahir dan besar bersama di kawasan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Abai dan teman-temannya tidak bisa terpisahkan. "Rumah saya selalu ramai sama teman-teman Abai, termasuk yang kini sudah meninggal," ujar Susana yang biasa disapa Mami oleh teman-teman Abai.

Susana, Abai, dan Indra datang bersama puluhan korban kecelakaan Tugu Tani lainnya. Agar dapat tiba secara bersama-sama, para keluarga korban menyewa sebuah bus ukuran sedang. Beberapa diantaranya datang membawa foto anggota keluarga mereka yang tewas. Leniwati, misalnya, membawa foto cucunya, Muhamad Hudzaifah alias Ujai (16). Sementara Minah membawa foto Akbar (22), anaknya. Tak banyak yang bisa mereka lakukan selain mengikuti jalannya persidangan.

Lutfi (16), salah satu saksi mata kecelakaan, turut mendampingi kedua perempuan tadi. Dibanding dengan teman-temannya yang lain, Lutfi terlihat santai mengikuti jalannya persidangan. Lutfi memang tak ikut terseruduk mobil yang dikendarai Afriani. "Tapi saya ada disana, saya melihat jelas teman-teman saya ditabrak. Bahkan saya melihat jelas Firmansyah dan Buhari mental ketabrak," tuturnya.

Meski tak tertabrak, Lutfi mengaku cukup trauma. Sejak kejadian itu, Lutfi enggan kembali ke lokasi kejadian atau sekadar bermain bola bersama teman-temannya yang lain. "Kalau saya kesana atau main bola, saya jadi kepikiran. Saya jadi ingat sama teman-teman yang sudah meninggal," ucapnya lirih.

 Jika keluarga korban berduyun-duyun datang menyaksikan persidangan perdana Afriani, tak begitu halnya dengan keluarga Afriani. Sang ibunda, kakak, serta adik-adik Afriani tak tampak duduk di kerumunan pengunjung. Hanya Ermita (37), tante Afriani, yang terlihat serius mengikuti jalannya sidang. "Bukannya tidak support. Bunda (Ibu Afriani, Red.) tadi pagi sempat menjenguk ke rutan, tapi tidak ikut ke PN karena langsung merasa lemas. Kalau kakaknya sedang di luar kota, sementara adik-adiknya sedang ada keperluan. Usai sidang, Ruly (adik Afriani, Red.) menyusul ke rutan," tukas Ermita.

Afriani sendiri, sebut Ermita, sehari sebelum sidang sempat mengaku takut dan nervous. "Mungkin karena keluarga korban banyak. Tapi dia enggak terlalu menunjukkan itu di depan ibunya supaya ibunya lebih kuat," ujarnya. Meski sudah nampak tegar saat menjalani sidang, lanjut Ermita, Afriyani tetap merasa tertekan. "Dia lemas dan sedih."

Kesedihan Afriani makin berlipat karena seminggu menjelang sidang, tepatnya Kamis (19/4), ia genap berusia 29 tahun. Hari yang seharusnya menjadi momen bahagia itu justru menjadi penuh haru. Ibu, adik dan beberapa anggota keluarga dekatnya datang menjenguk Afriyani yang sejak 22 Maret lalu mendekam di rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, untuk merayakan ulang tahunnya. Pempek buatan sendiri dan satu dus air mineral menjadi 'kue ulang tahun' bagi Afriyani.

"Kami enggak ada kasih kado, hanya kasih support saja. Kami kasih semacam buku yang isinya ucapan selamat ulang tahun berikut foto dari ibu, kakak, adik, nenek dan teman-temanya. Itu hadiah kami buat dia," jelas Ermita sembari menyangkal rumor yang beredar bahwa Afriani merayakan ulang tahun besar-besaran di rutan.

Di hari ulang tahunnya, masih menurut Ermita, Afriyani berharap menjadi sosok yang lebih baik. "Dia berharap keluarga dan masyarakat bisa kembali menerima dia karena kejadian ini bukan disengaja," ungkapnya. Selain itu, Afriyani yang pernah bekerja di sebuah rumah produksi tersebut juga berharap bisa kembali bekerja seperti semula.

Penampilan Afriyani pun turut berubah. "Iya, sekarang pakai jilbab. Di rutan dia juga tetap pakai jilbab," ujar Ermita membenarkan. Rencananya, Afriyani akan tetap mengenakan penutup kepala hingga ia bebas nanti.

Edwin, Renty