Musibah Tabrakan Maut di Jember

By nova.id, Minggu, 15 April 2012 | 23:36 WIB
Musibah Tabrakan Maut di Jember (nova.id)

Musibah Tabrakan Maut di Jember (nova.id)
Musibah Tabrakan Maut di Jember (nova.id)

"Kenangan manis Mistia pada Linda dan orangtuanya seolah tak ada habisnya. (Foto: Gandhi/NOVA) "

Terkenang Cucu

Dikisahkan Mistia, sore menjelang keberangkatan keluarganya, ada firasat kuat jika ketiga orang dekatnya itu tak akan kembali lagi. Sang cucu Linda pamitan akan pergi tanpa kembali.  "Saya tak akan pulang lagi. Tolong saya titip nenek supaya dirawat yang baik," celoteh Linda seperti ditirukan Mistia.

Tak itu saja, menjelang pergi, Linda di depan rumah sempat mengumandangkan azan sampai tiga kali.  Kala itu, seluruh kerabat termasuk Mistia  tidak curiga. "Cucu saya memang suka berceloteh. Anaknya lincah dan periang,"kenangnya.

Rupanya, ucapan bocah TK itu memang terbukti.  Minggu pagi sekitar pukul 08.00, Mistia mendapat kabar duka dari kerabatnya yang mendapat telpon dari Jember. Linda dan kedua orangtuanya mengalami kecelakaan dan tewas di tempat. "Seketika itu juga saya tidak ingat apa-apa lagi," papar Mistia.

Bagaimana Mistia tidak syok, sehari-hari ia tak pernah lepas sejengkal pun dari cucunya. Sepulang sekolah, Linda langsung ganti baju dan menyusul Mistia di warung tempat kerjanya sehari-hari. "Dia selalu menunggui saya berjualan sambil bermain-main. Orangtuanya, kan, bekerja. Lastri  seharian di sawah, sedangkan Syamsul bekerja di bengkel," papar Mistia yang rumahnya masih dipenuhi kerabatnya.

Bagi Mistia, membicarakan Linda seolah tak ada habisnya. "Dia mudah akrab dengan siapa pun. Rata-rata kerabat dekat dengannya. Makanya kami semua sangat sedih," keluh Mistia dengan mata menerawang.

Salah satu kesukaan Linda, papar Mistia, adalah mendengarkan lagu-lagu di radio. Kalau sudah begitu, Linda ikut menirukan sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Kalau ayahnya ada di dekatnya, langsung saja Linda mengajak berjoget," imbuh Mistia yang Rabu lalu mendapat santunan dari jasa raharja.

Mistia tak bisa membayangkan hari-hari depan yang bakal dilalui. Rumah akan terasa begitu sepi. Tak ada lagi orang-orang tercinta di dekatnya. "Saya ini orang tidak punya. Hidup pun penuh kesederhanaan. Tapi, saya bahagia karena selama ini ada Linda dan orangtuanya. Entah, bagaimana esok nanti. Saya bakal kesepian," ujar Mistia dengan suara parau.