Panci Bima memang sudah melegenda di Bandung. Produknya macam-macam, dari panci biasa, alat-alat masak, hingga panci tiga susun yang biasa untuk hantaran saat Lebaran.
Seorang karyawati di sebuah koran di Jakarta bercerita, mendiang ibunya sangat sayang pada panci Bima koleksinya. "Cara mencuci, menaruhnya, harus sangat hati-hati. Kami bisa kena omel kalau memperlakukan kasar," cerita wanita yang lahir dan besar di Garut (Jawa Barat) ini.
Meski Panci Bima mendapat saingan dari merek-merek luar dengan pabrik yang lebih modern, tapi warga Bandung dan sekitarnya tidak begitu saja melupakannya. Apalagi setelah manajeman dipegang oleh Paul sebagai generasi kedua, berbagai inovasi dilakukan. Produk dipercantik dan jaringan pemasaran makin lebar. Di era internet ini, penjualan Panci Bima juga dilakukan online. Bahkan Panci Bima juga menjaring konsumen dengan kartu member dengan beragam penawaran menarik, seperti potongan harga dan pengumpulan poin.
Di Bandung, Panci Bima memiliki ruang pamer yang terletak di Jalan Arjuna, Cicendo, Bandung. Di ruang pamer pabrik tua ini terpajang aneka produk panci dan peralatan masak dari stainless steel yang siap jual. Arsitektur art deco khas Belanda kental terlihat pada pabrik yang berdiri sejak 1950 dan memiliki ratusan karyawan ini. Di dinding pintu masuk ruang pamer, terpampang foto istri dan ketiga anak Paul. Salah satunya, William saat masih kanak-kanak. Juga ada foto-foto produk yang tersusun rapi di dinding ruang pajang.
Belanja di ruang pajang banyak keuntungan. Selain tahu sejarah, ada beragam diskon yang ditawarkan. Bahkan jika beruntung, pembeli bisa mendapatkan panci yang sedikit catat dengan dengan potongan harga lumayan besar.
Kerajaan inilah yang sedianya bakal dimiliki Willy jika saja sang putra mahkota tak mangkat sedemikian cepat...
Krisna, Ade