Kematian Eka Indah Jayanti (27) di tangan Emil mengejutkan Sutejo dan Wagirah, orangtua Eka. Meskipun percintaan Eka dan Emil memang penuh drama, keduanya tak menyangka putri mereka meregang nyawa di tangan pria yang pernah meminta izin menikahi Eka.
Usai lulus S1 Bahasa Inggris Universitas Taman Siswa, Yogyakarta, Eka tak mau bekerja sebagai guru. Ia justru memilih bekerja di sebuah toko obat, meneruskan pekerjaan yang sudah ditekuninya sejak kuliah. Di sanalah Eka berkenalan dengan Emil. Eka yang saat itu sudah punya kekasih, segera pindah ke lain hati. "Emil pernah datang ke sini (Grobogan, Jawa Tengah) sendiri tanpa Eka. Katanya, ia tahu alamat kami dari KTP Eka," kisah Sutejo.
Sejak itu, beberapa kali Emil berkumpul dengan keluarga Eka, termasuk pada acara keluarga seperti pernikahan dan pemakaman keluarga. "Sepertinya dia baik dan sopan. Eka juga saat itu menyanjung-nyanjung Emil," kenang Wagirah.
Namun Eka kemudian berubah. Dua kali lebaran ia tak pulang. Tahun 2010, saat putrinya kembali ke Grobogan bersama Emil, Eka tampak lebih murung. Gigi depannya lepas dan rambutnya dipotong pendek. "Habis kecelakaan, katanya." Pada pertemuan itu, sedianya Emil pulang ke Surabaya sendiri, tapi Eka yang tidak mau ditinggal kembali ikut ke Surabaya. Sejak kejadian itu, Sutejo dan Wagirah mengendus ada yang tak beres dengan kisah cinta Eka-Emil.
Juli 2011, Eka minta ditemui di Surabaya. Betapa kaget orangtuanya ketika mendapati Eka mengalami patah tangan. "Lagi-lagi dia bilang karena jatuh. Saat dibawa ke RS, dokter yang merawatnya tidak percaya. Eka lalu dirawat 3 hari dan tangannya dipasang pen," cerita Wagirah. Kisah kelam ini rupanya tak membuat Eka kapok. Eka yang kemudian dibawa pulang ke Grobogan, lagi-lagi kabur dengan bis ke Surabaya demi bertemu Emil.
"Padahal kami sudah bukakan toko buat dia usaha. Dia juga sudah mau buka les Bahasa Inggris untuk anak sekolah," sesal Sutejo. Kepada Lina, adiknya, Eka hanya berpesan, "Mbak pasti pulang! Mbak pergi cuma mau mengurusi nasib!"
Namun hari kepulangan Eka tak juga datang, justru kabar buruk yang diterima Wagirah saat mengajar di SDN Tuko, Grobogan. "Kata Lurah, Eka meninggal. Saya hanya minta Emil dihukum sesuai tindakannya pada Eka. Kalau perlu, nyawa dibayar nyawa," tukas Wagirah yang diamini Sutejo.
Rini Sulistyati