Para finalis tak hanya harus mampu mendesain, tapi juga berjiwa entrepreneur dan memiliki visi jauh ke depan. Selain enak dilihat, produk yang dihasilkan harus sellable dan wearable.
Begitu menarik melihat bagaimana para finalis mengolah sarung, yang merupakan highlight IFW 2012, menjadi busana yang stylish dan modern. Masing-masing finalis menampilkan tiga koleksi ready to wear dalam fashion show, sedangkan satu koleksi khusus dengan material Sarung Gajak Duduk dipamerkan di area Cendrawasih, JCC.
Para juri adalah Amy Wirabudi-Ketua Umum IFW 2012, Susan Budihardjo-Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo, Retno Murti-Editorial fashionPro, Wulan Tilaar-Direktur Martha Tilaar Group, dan Ahnaf Farid-Direktur Marketing Sarung Gajah Duduk.
"Sekitar 90 persen pasar dunia fashion Indonesia adalah ready to wear. Dengan semakin banyak desain yang mengembangkan ready to wear, maka masyarakat akan punya banyak pilihan, dan dunia fashion Indonesia pun semakin dinamis," ujar Susan Budihardjo selaku salah satu juri.
Melalui kompetisi ini diharapkan akan semakin banyak para perancang muda yang menekuni busana ready to wear untuk membangun industri fashion Indonesia. Meski terlihat lebih simple, nyatanya menciptakan busana ini punya kesulitan khusus karena desainer harus mampu menerjemahkan keinginan banyak orang melalui sebuah desain. Maka itu, busana tersebut selain unik dan bagus, terpenting juga punya daya pakai dan daya jual.
"Banyak orang salah paham tentang pengertiannya, ready to wear bukan hanya busana dengan gaya street style. Tapi, juga bisa busana pesta maupun kerja. Konsep busana ini dapat diproduksi masal dengan harga reasonable. Desainer seharusnya melirik lahan ini karena lahan inilah yang justru menjadikan fashion sebagai industri," tandas Ali Charisma, desainer APPMI yang banyak mengekspor busana ready to wear hingga Amerika dan Eropa.
Ade Ryani