IFW 2012 : Observasi Nan Ekletik

By nova.id, Senin, 27 Februari 2012 | 01:27 WIB
IFW 2012 Observasi Nan Ekletik (nova.id)

IFW 2012 Observasi Nan Ekletik (nova.id)

"Foto: Wantek "

Observasi dan eksplorasi seorang desainer terhadap kekayaan budaya dan waktu selalu menghasilkan output yang berbeda. Empat  desainer,  Deden Siswanto, Eny Ming, Ghea S. Panggabean, dan Defrico Audy menerjemahkan pandangannya dalam melihat "sepotong kehidupan" ke dalam busana yang penuh makna. Semua terangkum dalam fashion show Psychedelic Slang yang digelar di stage Plenary pada tanggal 25 Februari 2012 sebagai rangkaian Indonesia Fashion Week 2012.

Dua Budaya

Karakter Deden Siswanto begitu berciri. Desainnya selalu mengawinkan folklore, urban, dan multi era. Busana karyanya tampil kontemporer dengan sentuhan vintage dengan konsep gaya tumpuk yang chic dan padu padan. Kekhasan desain Deden yang menonjolkan budaya dalam desain yang eklektik, membuatnya terpilih untuk mendesain kostum pertunjukan musikal Lutung Kasarung baru-baru ini. 

Di IFW 2012, Deden menampilkan tema Debutante Delight. Koleksi ini terinspirasi dari pertemuan dua budaya yaitu busana kerajaan Jawa dan busana Eropa di jaman kolonial. Material katun, corduroy, kanvas, linen dan voile diolah dengan cerdas ke dalam deretan busana yang menarik. Teknik hand print, digital print dan bordir tangan ikut melengkapi keseluruhan desain. Sepatu didukung oleh koleksi Yongki Komaladi.

Kepingan Puzzle

Meskipun Eny Ming tergolong baru bergabung di APPMI, namanya langsung melejit menjadi salah satu highlight utama. Melalui labelnya MING, wanita ini memamerkan desain yang bold, edgy dan tidak banyak detail. Desainer yang berbasis di Bali ini selalu menampilkan kejutan dalam shownya. Begitu fresh, begitu modern!

Tema Re-Construction adalah tema yang diangkat Eny Ming di IFW 2012. Tema ini berkisah tentang bagaimana kehidupan kadang berjalan tidak sesuai rencana, karena itu kita perlu menata ulang "kepingan puzzle" hidup kita; menyesuaikan dengan keadaan. Potongan di koleksi ini menyimbolkan puzzle kehidupan. Potongan bahan disusun sedemikian rupa dengan susunan yang artistik pada siluet yang "rileks". Material wool dan katun berpadu harmoni dengan jersey dan sheer. Aura androgini tertangkap karena berbagai elemen maskulin yang dibungkus dengan aura feminitas, muncul pada desain.

Orientalism

Ghea S.Panggabean mencuri perhatian melalui koleksinya yang berjudul Orientalism. Desainer senior kebanggaan negeri ini memasukan unsur budaya China yang masuk ke budaya Indonesia, seperti keramik China peranakan, bordiran, sulaman Padang hingga kebaya encim dengan bordir naga atau kupu-kupu. Ghea kembali memamerkan kekuatannya mengolah motif print dengan mengaplikasikan print tangan pada bahan tulle, organza, velvet yang kemudian dibordir dan diberi manik-manik. Desainer yang telah memiliki 6 buah label termasuk label anak-anak dan Pria ini menjadi salah satu desainer yang paling ditunggu di IFW 2012.

Wong Kito Cino

Nama Defrico Audy mengingatkan kita pada desain yang kaya budaya dengan siluet yang berani. Setelah sebelumnya sukses mengolah kekayaan budaya Kutai Kartanegara, kini Audy beralih ke Sumatera Selatan. Lewat koleksi bertajuk Wong Kito Cino, Audy mengolah kebudayaan dan adat istiadat bangsawan Sumatera Selatan pada jaman Kerajaan Sriwijaya. Pada jaman itu, pengaruh etnis China tampil sangat kental. Dengan material utama songket, tulle, french lace, thai silk, satin duchess dan chiffon silk, Audy memamerkan busana yang memikat. Berbagai pieces yang dapat dipadu padan dapat ditemukan di koleksinya seperti jaket, bolero, vest, cardigan, skinny pants, pencil skirt hingga tube dress.

Buah pemikiran para desainer yang ditumpahkan ke dalam karya mereka memperkaya pengetahuan kita tentang potongan budaya dan waktu. Eksplorasi mereka menyadarkan kita betapa kayanya sumber inspirasi yang tersebar di pelosok Nusantara baik di masa sekarang maupun di masa lampau. Amazing!

 Ade Ryani