Kisah Pilu Korban Air Bah

By nova.id, Rabu, 8 Februari 2012 | 05:25 WIB
Kisah Pilu Korban Air Bah (nova.id)

Kisah Pilu Korban Air Bah (nova.id)

"Misna dan Sangkut (Foto: Debbi) "

Tiga orang yang hilang dari sembilan yang terbawa arus banjir bandang Sungai Lau Mentar, Desa Durin Sirugun, Kecamatan Sibolangit, Tanah Karo (Sumut), sekitar 80 km dari Medan, Rabu (1/2), ditemukan tewas di posisi sekitar 3 km dari lokasi kejadian. Ami, salah seorang korban selamat menuturkan pada NOVA saat peristiwa itu terjadi.

"Waktu itu kami masih berada di air yang rendah. Sambil ngobrol dan berjalan pelan-pelan kami berjalan menuju air yang dalam. Namun, baru hitungan detik tiba-tiba air bah langsung datang menuju ke arah kami. Tak disangka-sangka secara spontan air langsung menggulung kami semua.Semua serba gelap dan pandangan berkunang-kunang. Kami tergulung dan tersapu oleh air bah, " ujar Ami terbata-bata.

"Kami segera berusaha menyelamatkan diri dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Posisi saya saat itu tak jauh dari sungai tempat kami berjalan tadi. Satu demi satu teman-teman sudah terlihat. Namun, setelah dihitung-hitung ternyata ada tiga teman kami yang tak terihat. Gadis, Maya dan Hadi, " kata Ami yang tampak masih terlihat agak syok.

Hari itu juga, kata Ami, mereka sepakat mencari tiga orang teman mereka yang hilang. "Kami menyusuri kawasan hutan lindung, bahkan kami harus naik ke bukit-bukit. Walau sudah dicari berjam-jam, kami tetap kesulitan mencari mereka. Badan sudah letih perut pun mulai terasa lapar.  Namun, walau pun begitu rasa sakit dan nyeri disekujur tubuh itu tak ada artinya bagi kami kalau ketiga teman kami belum ditemukan. Karena lelah berpikir dan teman-teman tak kunjung ditemukan, akhirnya, kami memutuskan untuk beristirahat. Namun, selang beberapa jam beristirahat, kami akhirnya ditemukan orang, walau kami tak mengenal orang-orang itu," ujar Ami tersendat.

 Menurut Ami, mereka sudah dua kali jalan-jalan ke lokasi itu. "Kami semua hanya berteman saja. Tidak ada yang berpasangan atau pun sedang pacaran. Nah, sebelum kami tiba di lokasi naas itu. Entah kenapa, ketiga korban tiba-tiba mau beli sandal, anehnya mereka beli sandal dengan warna yang sama. Ketiga-tiganya membeli sandal warna merah. Entah itu memang firasat mereka bertiga yang jadi korban," kata Ami yang kali ini tak bisa lagi membendung tangisnya.

Suasana di RSUP H Adam Malik Medan, Jumat (3/2) terasa begitu mengharu birukan. Apalagi, tiba-tiba muncul ortu, Hady Syahputra (23), salah seorang korban yang ditemukan. Ibu Hady, Misnah (53) dan Sangkut (62) terlihat tak bisa memendam rasa kesedihannya saat mengetahui anak ke empat dari tujuh anaknya 'pergi' secara mengejutkan itu.Mereka terlihat saling berangkulan, menumpahkan kesedihan satu sama lain.

" Memang anak saya sering pergi kalau saat cuti atau tak kerja. Dia pergi bersama teman-temannya sebab dia belum punya pacar. Nah, saat kejadian naas itu, dia sempat ngomong dengan orang di rumah kalau dia akan pergi jalan-jalan ke Sibolangit, Kamis sekitar jam 10.00 pagi. Cuma, dia tak bilang mau kemana. Dia hanya berpesan akan cepat pulang. Selama ini, kalau Hady pergi tak pernah lama-lama, pergi pagi pulangnya sore hari. Bahkan, dia juga pakai motor bapaknya. Dia memang begitu, kalau mau pergi jauh selalu 'tukaran' motor dengan bapaknya," ujar Misnah dengan mata berkaca-kaca.

Saat kejadian naas itu, Hady sempat pamit  dengan keluarganya. "Saya juga sempat mendengar bunyi suara motornya. Ya, mungkin itulah suara deru motor Hady terakhir  yang saya dengar," ujar Misnah nelangsah.

Namun, tak seperti biasanya, hari itu Hady tak muncul-muncul batang hidungnya setelah seharian hingga hari pun mulai gelap. " Biasanya, kalau pergi dia hanya seharian saja kok. Tak pernah sampai nginap. Ini kenapa sampai sekarang belum muncul-muncul juga, kemana dia.  Suami saya dan saudara-saudaranya yang lain, sudah mulai gelisah. Kami terus mencoba menghubungi telepon  selulernya. Sayangnya, saat itu telepon selularnya tak diangkat-angkat, tapi nadanya tersambung," papar Misnah pilu.

 Jumat (3/2) teman Hady datang ke rumah. "Katanya dia dengar kabar ada sembilan orang hilang disapu air bah di Sibolangit.  Lalu kami coba menghubungi telepon selularnya, tetapi tetap tak tersambung. Karena tak cukup jelas kabarnya dan simpang siur. Kami segera pergi ke RSUP H Adam Malik, untuk mengecek kepastian apa benar jasad Hady sudah disemayamkan disana," jelas Misnah.

Menurut Misnah, Hady waktu itu jalan-jalan ke sungai di derah pegunungan. "Jadi saat terjadi air bah, mungkin rombongan Hady 'tersapu' oleh air. Sebenarnya, mereka juga sering pergi ke lokasi itu untuk jalan-jalan, pengakuan Hady waktu itu, mereka cuma renang-renang kok,"  tutur Misnah.

Sehari-hari, kata Misnah, anaknya bekerja sambil kuliah. " Dia bekerja di Aceware sudah tiga tahun dan kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Medan Area ( UMA, red). Bahkan, Hady juga yang sering ngajak teman-temannya untuk kuliah. Dia sampai menyuruh teman-temannya untuk melanjutkan S2 atau S3. Hady sebenarnya sudah semester akhir dan sedang  nyusun skripsi. Saat libur kerja atau libur kuliah, Hady sering jalan-jalan bersama teman-temannya," terang Misnah sambil menangis sesenggukan.

Debbi Safinaz