Cerita duka korban dan latar belakang sang sopir menjadi berita yang ditunggu. Nah, Rabu (25/1) rumah korban di Jalan Ganggeng Terusan, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, didatangi belasan berbagai media untuk minta konfirmasi pada keluarga pelaku. Hari itu tersiar kabar, keluarga akan minta maaf pada media. Padahal, pada saat itu, keluarga pelaku tengah berada di sebuah stasiun teve dan malamnya mengadakan wawancara dengan berbagai media di sebuah kafe di Tebet.
Kehadiran wartawan dari pagi hingga pagi malam hari Rabu itu, menarik minat para warga. Mereka berkerumum untuk ikut melihat rumah Apriyani yang kosong. Jalanan pun jadi padat. Sampai malam, penghuni rumah tidak pulang. Sejumlah komentar dari berbagai waarga yang tidak bersedia disebut namanya, membuat makin riuh suasana. Seorang ibu yang kediamannya di belakang rumah Apriyani mengatakan, "Keluarga kami sering terganggu karena mereka (penghuni rumah Apriyani) sering membunyikan musik keras-keras. Bahkan, tak kenal waktu, malam-malam pun masih berisik."
Seorang ibu yang lain lagi mengaku kecewa karena ada warganya yang memakai narkoba dan mengakibatkan kecelakaan maut. "Tentu saja kami kecewa karena selama ini, kampung kami bersih. Padahal, sih, tampaknya dia seperti orang baik-baik saja," ujarnya.
Ketua RT setempat, Bawuk, mengatakan kejadian ini membuat keluarga Apriyani syok berat. "Usai kejadian, saya mendatangi rumah mereka. Ibunya sangat terpukul. Kami semua kaget, tak percaya kecelakaan ini akibat perbuatan Apriyani. Selama ini, dia tampak baik. Namun, tentu saja kami tidak tahu apa yang dilakukan saat di luar rumah. Setahu saya, dia punya banyak teman yang sering ke rumah," kata Bawuk yang tinggal dekat dengan rumah Apriyani.
Kekagetan Bawuk makin bertambah saat mendengar kabar, Apriyani mengonsumsi narkoba. "Ya, pergaulan di luar bisa mempengaruhi Apriyani. Anak-anak muda di kampung kami ini enggak pernah terlibat kasus macam-macam," katanya.
Henry