Ditolak Sekolah Karena Yatim? (2)

By nova.id, Jumat, 13 Januari 2012 | 12:09 WIB
Ditolak Sekolah Karena Yatim 2 (nova.id)

Ditolak Sekolah Karena Yatim 2 (nova.id)

"Bersama keluarga (dok. pri) "

ROBEK HASIL TES

Setelah penolakan yang menyakitkan itu, Ina pun buru-buru mencari solusi cadangan. "Hari Minggu saya mencari sekolah yang bisa menerima Alifa. Waktunya mepet sekali. Alifa sampai bilang, jika memang enggak ada sekolah yang bisa menerima dia mau masuk pesantren saja." Beruntung SMP Putra Bangsa mau menerima Alifa kembali, bahkan memberi keringanan pembayaran.

Senin (9/1) siang, Ina dan Alifa mendatangi SMPITN untuk mengklarifikasi dan mengambil berkas-berkas Alifa. Sayang, mereka tak bisa menemui Wakil Kepala Sekolah yang memberikan kabar penolakan tersebut.

"Oleh sekolah, saya diberikan hasil tes Alifa. Ketika dilihat, Alifa bilang bahwa itu bukan jawaban yang dia isi. Bahkan Alifa mau, kok, jika harus dites ulang." Dari hasil tes tersebut, nilai terendah yang didapat Alifa adalah enam. "Sayangnya karena emosi saya merobek hasil tes di depan sekolah."

Sesungguhnya, Ina pun tak mau cari masalah. Malah, sejak kabar ini beredar di media Ina justru merasa tidak enak terhadap pihak SMPITN. "Saya takut akibat kasus ini nama baik sekolah itu jadi terganggu. Kasihan guru dan pekerja yang mencari nafkah di sekolah tersebut. Saya juga takut jika ada masalah hukum, bagaimana nanti dengan anak-anak saya? Saya juga kurang bukti," terang Ina yang bersyukur Alifa mampu menghadapi kejadian ini dengan baik.

Ina juga berharap masalah ini tidak semakin lama memenuhi pikiran dan waktunya. "Masih banyak hal yang perlu saya lakukan demi keluarga. Semoga ini enggak mengganggu segala rencana.

Melalui Wakil Kepala Sekolah, Ahmad Faozan, pihak Sekolah Menengah Islam Terpadu Nurrurahman (SMPITN) membantah semua tuduhan Risnawati. Menurut Faozan, yayasan Nurrurahman tidak pernah menolak siswa dengan alasan biaya. "Siswa atau siswi tersebut tidak kami terima karena tidak memenuhi standar nilai akademik kami," ujar Faozan.

Ia membenarkan Alifa memang mengikuti tes masuk, namun hasilnya tak memenuhi standar nilai 6,0 yang sudah ditetapkan. "Enggak tinggi-tinggi. Dari semua mata pelajaran kalau dikumpulkan akan seperti itu (standar enam). Ternyata yang terkait itu tidak mencapai itu. Itu saja. Enggak lebih," jelasnya.

Masalah pemberitahuan tak diterimanya Alifa yang terbilang mepet, Faozan berkilah karena ada jeda libur akhir tahun. Alifa yang ikut tes pada pertengahan Desember tahun lalu baru bisa diberi hasil tes pada Sabtu (7/1) siang.

"Ini bukan faktor kesengajaan tapi faktor libur. Kami tidak bisa menghubungi salah satu guru mata pelajaran. Akhirnya, Sabtu kemarin saya kontak ke beliau untuk memohon maaf karena ada satu materi pelajaran saja yang kurang. Kan, kami enggak mungkin mengeluarkan hasil itu parsial, tapi harus secara utuh semua mata pelajaran," bebernya.

Faozan juga menyanggah jika yayasan mereka menolak Alifa karena ia seorang yatim. "Justru ketika beliau menyampaikan keadaan Alifa, kami merespon. Saya akomodir sampaikan kepada Kepala Sekolah. Karena kami sekolah swasta, biaya sekolah memang bisa bervariasi. Yang penting lulus tes," tegasnya. Pengukuran seragam Alifa pun, tutur Faozan, bukan jaminan Alifa sudah diterima. Kebetulan saat Alifa tes, penjahit sekolah datang. Jadi seumpama Alifa diterima tak erpot lagi. "Kan, tidak mungkin indikator kelulusan dengan ukur baju."

Dengan munculnya permasalahan ini di media dan menjadi sorotan publik, Faozan menyatakan bahwa SMPITN telah mengadakan evaluasi internal. Ia pun menyatakan bahwa pihak yayasan tidak ingin memperpanjang masalah tersebut. "Justru saya pengin ketemu dengan Ibu Ina. Kalau bisa, saya silaturahmi ke rumahnya pun enggak apa-apa," tutupnya.

Edwin Yusman, Renty