Ditolak Sekolah Karena Yatim? (1)

By nova.id, Jumat, 13 Januari 2012 | 11:45 WIB
Ditolak Sekolah Karena Yatim 1 (nova.id)

Ditolak Sekolah Karena Yatim 1 (nova.id)

"Ina (Foto: Edwin) "

Walau awalnya dinyatakan telah lulus tes masuk sekolah dan mengukur seragam, secara mendadak dan sepihak sebuah sekolah unggulan di Depok meralat keputusan tersebut melalui telepon. "Pihak sekolah sepertinya tidak yakin bahwa meski tak ada suami, saya masih sanggup membayar biaya sekolah," tukas Risnawati (33).

Alifa Ariflly Anugerah (12) terlihat seperti remaja seusianya yang ceria saat ditemuai di rumahnya di kawasan Depok. Menurut sang Ibu, Risnawati, Alifa kini tak lagi bersedih seperti hari-hari sebelumnya. "Ketika mendengar berita penolakan dari sekolah, dia sempat menangis dikamarnya selama 4 jam," aku Ibu tiga anak yang biasa disapa Ina itu.

Kabar penolakan ini semakin menambah kesedihan Alifa yang Desember tahun lalu baru saja kehilang ayahnya, Eri Anugerah, untuk selama-lamanya. Sepeninggal Eri, Ina memang memutuskan untuk memindahkan sekolah Alifa.

"Saya mendaftarkan Alifa di Sekolah Islam Terpadu Nururrahman (SMPITN) karena jarak sekolahnya sangat dekat dengan rumah. Sekolah Alifa di SMP Putra Bangsa itu terlalu jauh," ujarnya. Apalagi, Ina yang tadinya hanyalah ibu rumah tangga biasa kini harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Nah, di SMPIT itu kan sistemnya full day school, jadi saya bisa bekerja dengan tenang. Bahkan saya berencana untuk menyekolahkan adik-adiknya Alifa di tempat yang sama tahun depan."

Pertengahan Desember 2011, Ina mendaftarkan Alifa ke SMPITN. "Alifa harus mengikuti tes empat mata pelajaran, yaitu Fisika, Bahasa Indonesia, Matematika dan Bahasa Inggris. Saat mengerjakan tes, Alifa yakin bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik." Pasalnya, materi tes yang digunakan ternyata sama dengan materi tes saat penerimaan siswa baru tahun lalu. "Tahun lalu kan, Alifa juga pernah menjalani tes di situ. Dari 100-an calon siswa, Alifa lulus dan ada di urutan 11. Tapi ayahnya enggak mau. Dia memilih menyekolahkan Alifa di SMP Putra Bangsa," beber Ina.

 SOAL BIAYA

Nilai-nilai Alifa yang selalu di atas rata-rata ketika sekolah di SMP Putra Bangsa juga membuat Ina percaya diri Alifa bakal diterima SMPITN. Itulah mengapa, Ina sungguh kaget menerima telepon dari Wakasek SMPITN yang mengabarkan putri sulungnya itu tak jadi diterima. "Saya ditelepon pada Sabtu (7/1) pagi, alasannya karena hasil tes masuk baru diterima. Padahal 21 Desember 2011 sebelumnya, Alifa dinyatakan sudah diterima. Senin (9/1), harusnya sudah masuk sekolah."

Padahal, surat-surat yang diperlukan untuk pindah sekolah sudah selesai diurus. "Kalau ternyata tidak jadi diterima bagaimana, sementara surat pindah dari SMP Putra Bangsa sudah diurus. Nasib anak saya terkatung-katung, dong?" tukas Ina gusar.

Alasan pihak sekolah yang dianggapnya mengada-ada lantas membuat pikiran Ina kalut. Adakah permasalahan biaya menjadi alasan yang sesungguhnya? "Ketika ditelepon itu saya sempat bertanya, apakah ini ada hubungannya dengan biaya?" Sebab, ketika saat mendaftarkan Alifa memang ada diskusi soal pengurangan biaya dikarenakan Alifa anak yatim. "Saat itu saya bilang bahwa saya sanggup membayar biaya masuk sebesar Rp 7 juta dan biaya bulanan. Tapi saya sampaikan juga bahwa akan lebih baik lagi jika dapat keringanan."

Entah apakah benar ini yang membuat Alifa tak diterima. Kalau memang benar, "Cara yang mereka lakukan tidak profesional. Walau saya enggak ada suami, enggak boleh diperlakukan semena-mena seperti itu. Saya juga masih ada harga diri," ucap Ina meradang.

Ina merasa bahwa harusnya biaya bukan menjadi alasan sekolah untuk menerima Alifa. "Saya ada uang dan Februari besok akan membuka warung makan di kantin sebuah universitas swasta. Saya juga sudah mempertimbangkan semua biayanya. Kalau tidak, enggak mungkin saya daftarkan Alifa dan berencana untuk tahun depan menyekolahkan adik-adiknya disitu."Edwin Yusman, Renty / bersambung