"Ini bukan pertama kalinya Sisca berusaha menculik Jason," ujar Peter Soetanto saat melakukan jumpa pers (Rabu,12/12). Saat Jason masih berada di Singapura, sebutnya, "Sisca sudah pernah berusaha menculiknya sampai empat kali. Beruntung pihak kepolisan Singapura berhasil mencegah upayanya."
Selain kukuh menuduh Sisca menculik Jason, Peter juga menduga Sisca tak menyekolahkan Jason. Padahal, putranya itu memiliki kebutuhan khusus. "Selama tinggal bersama saya, Jason selalu cek penyakit disleksia enam bulan sekali," tuturnya.
Nendi Heryadi, kuasa hukum sekaligus juru bicara Peter, menambahkan, pihaknya berharap semua lapisan masyarakat mampu melihat kasus ini dengan imbang. "Terkait dengan penangguhan penahanan atau keingiannya melaporkan kasus ini ke Komnas HAM, klien kami menyerahkan sepenuhnya ke prosedur hukum. Kami percaya semua proses hukum yang akan dijalankan dapat dilaksanakan secara adil," harapnya.
Nendi juga menekankan, setelah tinggal kembali dengan Peter, Jason terlihat lebih bahagia. "Jason senang bisa kembali bersekolah dan kembali menjalani pengobatan disleksia yang dideritanya sejak tahun 2002." Jason memang didiagnosa mengalami kurangnya cairan otak sebelah kiri yang membuatnya sangat lamban berpikir, terutama membaca dan menulis. "Padahal, kemauan atau keinginan Jason sangat kuat untuk bersekolah," lanjut Nendi.
Secara fisik, menurut Nendi, Jason tidak banyak berubah. "Mungkin ke depannya akan kami periksa secara psikologis, bisa saja kejadian kemarin mempengaruhinya," ucapnya.
Hanya satu permohonan Peter terhadap kasus yang kini melibatkan anaknya itu. "Kepada semua pihak, terutama kepada organisasi pemerhati anak, hormatilah hukum dan proses pengadilan yang sedang berjalan. Jangan terlalu dilebih-lebihkan sehingga terkesan mereka hanya membela kepentingan Sisca."
Sukrisn, Edwin