Menurut Cut, hari Ibu itu adalah hari yang istimewa bagi kaum wanita. "Dengan adanya peringatan hari Ibu itu kan berarti seorang ibu atau wanita sudah di-istimewakan, dihargai dan diprioritaskan. Penghargaan itu diperoleh seorang ibu dari keluarga sendiri mau pun public luas, jadi hari Ibu itu sudah ditentukan, jadi berbahagialah kaum ibu, punya hari untuk penghargan buat dirinya," ujar Cut Bietty sumringah.
Kenapa harus ada hari Ibu? "Karena dari awal hidup manusia lahir dari seorang pria. Pria didoktrin jadi orang nomor satu dimuka bumi ini dan dialah penguasa alam dan pria punya segalanya maka hari-harinya jadi kebanggaan buat pria itu sendiri. Pria sudah sangat berkuasa. Sementara, kaum wanita diposisikan seperti orang nomor dua. Selama ini bahkan tak dianggap. Bahkan ada pula yang jadi korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Maka, dengan adanya hari Ibu, kita kaum wanita menunjukan pada masyarakat bahwa wanita itu dapat seimbang kok dengan pria. Jadi, wanita itu tak ada bedanya. Dengan memperingati hari Ibu sebenarnya wanita itu sudah dihargai," jelas ibu empat anak ini.
Cut selalu memperhatikan keperluan ibu tercintanya Rohani boru Parinduri . Begitu pula, pada saat sekarang ini,dia mendapat perhatian lebih dari anak nomor tiganya, Ade Yunita (15) yang turut serta membintangi film kasus KDRT di Jakarta.
"Anak saya, Ade, sangat perhatian sekali pada saya setiap hari Ibu tiba. Hal-hal kecil yang diberikannya pada saya sanggup menggugah bathin saya sebagai seorang ibu. Misalnya, dia pernah kasih saya bunga anggrek kecil yang dibelinya dari taman yang terletak di depan sekolahnya atau pun dia memberikan surprise buat saya, lukisan saya yang dibuat dari orat-oret tangannya sendiri," ujar Cut.
"Saya berharap sekali kaum wanita bisa berubah dan mandiri. Dalam arti tidak sepenuhnya tergantung dibawah ketiak suami. Dan, sebagai wanita harus punya prinsip dan sikap," tutur Cut.
Di hari Ibu tahun ini, Cut merasa bangga bisa menjadi diri sendiri. "Karena saya sudah menemukan prinsip diri sendiri dan punya sikap. Saya bisa menentukan sikap diri saya sendiri tanpa minta pendapat orang lain apalagi minta pendapat suami sendiri. Saat kita merasa perbuatan kita itu benar kita bisa happy dan tak merugikan orang lain dan membuat hidup kita tak terganggu sehingga jadilah saya perempuan yang mandiri dan menjadikan diri kita sendiri merdeka dengan hidup kita dan semua itu sudah saya temukan dalam diri saya," tuturnya.
Bagaimana kita-kiat Cut untuk membagi waktu antara karir, anak dan keluarga. " saya rasa masa itu semua sduah lewat. Saat saya melahirkan anak ketiga. Baru tiga bulan habis partus, saya langsung bekerja kembali walau harus ninggali anak."
Saat itu yang dilakukan Cut, dia mengikat pinggangnya dengan gurita kuat-kuat agar dia bisa langsung bekerja. " Kalau saya tak kerja, dari mana saya makan," imbuhnya. Tapi, sekarang LBH Apik yang ditangani Cut masih tetap eksis.
"Saat ini LBH Apik Medan sedang melakukan pelatihan para legal agar masyarakat paham atau mengerti hukum dan hak-hak perempuan. Selain dia paham dia juga bisa bersosialisasi apa yang didata pada masyarakat. Pelatihan ini agar bisa merubah prilaku didalam masyarakat. Makanya, untuk itu kepedulian para para legal ini harus dibangun. Misal, ketika orang buang sampah sembarangan dengan kepedulian kita. Kita menegur orang itu, setidak-tidaknya orang tak melakukan itu lagi karena takut ditegur. Atau pun berteriak sesama teman dijalanan, tugas kita mengingatkannya," sebut wanita berparas cantik dan bertubuh sintal ini.
Debbi Safinaz