"Kami mengambil nama Cindo yang berasal dari bahasa Palembang, artinya cantik. Usaha pempek ini kami lakoni sejak 1 Maret tahun lalu. Cantik pempeknya, cantik rasanya dan tentu saja cantik juga yang punya usaha," ujar Mada sambil tertawa.
Menurut Mada dia bersama-sama Masayu tertarik menggeluti usaha ini karena pempek adalah kuliner khas Palembang. "Pada intinya pempek itu memang kuliner khas Palembang. Sebenarnya, kami juga pernah coba usaha lain tetapi kayaknya lebih sreg di usaha pempek, tentu saja sekaligus mewariskan tradisi, kita juga berusaha memberi inovasi terhadap pempek itu sendiri sehingga memberikan cita rasa yang berbeda tentunya,"ulas Masayu menimpali.
Karena terobsesi ingin usaha pempek Mada dan Masayu mulai belajar bagaimana membuat pempek yang enak dan terasa pas dilidah. "Setelah beberapa kali uji coba lambat laun kami jadi tahu sendiri, bagaimana membuat pempek itu bisa buat orang ketagih untuk mencicipinya," ujar Masayu dan Mada yang akhirnya tahu buat pempek secara otodidak.
Dari berbagai macam jenis pempek yang sudah mereka buat diantaranya ada pempek kecil-kecil, antara lain pempek lenjer, pempek adaan, pempek telor, pempek kulit dan pempek keriting. "Sekarang kami lagi bikin lagi variant baru seperti pempek keju, pempek sosis dan pempek bakso. Pempek panggang dan lenggang kami juga jual lho. Selain pempek lenjeran dan kapal selam. Dan, yang baru kami rilis yakni pempek berbahan dasar udang, " aku Mada alumni IPB Bogor ini.
Pempek rasa apa sih yang jadi primadona? "Masing-masing customer punya selera yang berbeda-beda. Ada yang selalu memesan pempek keju, sosis dan bakso. Ada juga yang suka dengan pempek panggang dan lenggang. Nah, kalau yang itu sih yang suka terutama orang-orang Palembang yang dirantau yang kangen dengan pempek panggang dan lenggang. Ada juga yang suka dengan pempek kecil-kecil, telor dan lenjer saja. Ada yang pengennya pesan kapal selam saja," ujar Masayu dan Mada berbarengan.
Dengan banyaknya pengusaha pemula yang mengandalkan jasa internet maka kedua wanita ini mengandalkan online untuk memasarkan pempek mereka lewat http://pempekcindo.xikat.com/.
"Kami mulai melirik penjualan secara online ini berawal dari teman-teman sendiri yang minta dikirimi pempek asli Palembang. Nah, sejak itu kami punya ide bisa jual pempek secara online. Jadi, kan bisa mencakup peminat pempek seluruh Nusantara," ujar Mada terkekeh.
Dengan menjual lewat online tentu saja ketahanan pempek 'dipertaruhkan. Namun Pempek bikinan Mada dan Masayu bisa tahan hingga dua hari. "Kami memakai jasa pengiriman kilat. Jadi pempek kita dijamin masih tetap bagus kondisinya sampai ke alamat si pemesan. Kami menyiasatinya dengan cara diberi tepung, jadi tinggal digoreng dong bila sampai ketujuan," tutur Masayu.
Cara pemesanannya, kata Masayu, biasanya customer melihat-lihat dulu foto-foto yang ada dan memilih paket-paketnya. Lalu, bisa pesan lewat inbox, sms atau bbm. Setelah melakukan pembayaran secara transfer baru pempek-pempek pesanan customer ini dikirim keesokan harinya, setelah semua pembayaran selesai. " Alhamdullilah, sampai saat ini pempek cindo sudah punya konsumen yang loyal. Sesuai dengan themanya " kalau beli pempek online ya ... pempek cindo."
Sebenarnya sih,kata Mada, penjuallan lewat onliner dan di cafe-cafe ityu ada bedanya. " Kalau jualan lewat online kami bisa melayani pelanggan yangg kebanyakan dari luar kota Palembang. Kami juga diibaratkan menyajikan pempek siap saji ke alamat rumah masing-masing. Jadi memudahkan pelanggan, tinggal pesan, transfer duit lantas pempek kita kirim. Kalau dicafe-cafe biasanya menyajikan pempek untuk masyarakat lokal saja," imbuh Mada.
"Pelanggan kami dari seluruh Indonesia mulai daeri Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Papua, NTT, NTB. Tapi, sampai saat ini kebanyakan pemesan dari pulau Jawa. Untuk daerah yangg tidak terjangkau pengiriman kilat, biasanya kita sarankan untuk memesan pempek dalam bentuk seperti pempek kering dan tekwan kering," kata Mada yang bersuamikan Elang Kristi Andika
Berapa modal awal Mada dan Masayu berjualan pempek? "Wah, kalau ditanya modal awal sih kami tak keluar uang sepeser pun. Kami hanya modal tekad. Modal awal kami adalah uang yang ditransfer oleh customer untuk beli pempek itulah yang jadi modal kami. Alhamdulillah sekarang omzet kami mencapai 12-20 juta lho," ujar Masayu, alumni UIBA Palembang.
Debbi Safinaz