Norma sungguh tak menyangka kejadian ini menimpa Melky, putranya yang selama ini dikenal kaya prestasi. Meski ketika diingatnya lagi, Norma mengakui ada yang ganjil dari perilaku Melky di malam sebelum ia terbunuh. "Semua steker listrik di rumah diwarnai merah sama dia pakai spidol. Seprei di kamarnya yang bermotif bunga-bunga juga habis diwarnai merah. Entah ini pertanda atau bukan," katanya. Malam itu Norma memang tak mau ambil pusing sebab Melky memang sudah biasa usil seperti itu. "Kepada adiknya juga dia sering usil."
Meski suka usil, Melky tak punya musuh. Justru banyak teman karena dia aktif berkegiatan. "Dia menguasai banyak jenis olahraga. Basket, futsal, hingga voli. Dia bisa semua. Kesenangan olahraga ini memang turun dari ayahnya." Berbagai prestasi membanggakan juga pernah diraih Melky. Sederet piala memenuhi lemari di kamar Melky. Salah satu prestasinya yang membanggakan ia menjadi juara kedua di bidang matematika pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009. Kejuaraan inilah yang membuahkan beasiswa untuknya di SMA St. Joseph Institute.
Kepada orangtuanya, Melky juga tak pernah mau menyusahkan. "Dia menyimpan sendiri uang tabungannya, tak pernah minta uang kepada saya. Bahkan, saat SMP, dia sudah bisa membayar biaya darmawisata ke Bali sebesar Rp 4 juta dengan uang yang dikumpulkannya sendiri," cerita Norma yang menganggap Melky sebagai anak yang sempurna. Selain pandai di bidang akademis dan olahraga, Melky juga pecinta seni. "Saya pasti akan merindukan dentingan permainan piano Melky di pagi hari," ujar Norma lirih.
Indahnya Berbagi Kesusahan
Pedihnya kehilangan seorang anak tak hanya dialami orangtua Yoga dan Melky. Endang, ibunda dari Amanda (16) yang Maret lalu meninggal akibat penjambretan, Merry, ibu dari Nikita (16) yang tewas dalam sebuah kecelakaan, dan Yusni Chandra, ibu dari Livia yang jadi korban pembunuhan dan perkosaan di angkutan umum, tahu persis rasanya didahului sang buah hati.
Didasari oleh nasib dan luka yang sama, ketiga ibu ini berkumpul dan membentuk kelompok Kasih Ibu. Kamis (8/12) siang, mereka mendatangi rumah duka RS Atmajaya untuk memberikan dukungan moral kepada Norma, ibunda Melky. "Kami tahu benar bagaimana hancurnya perasaan karena kehilangan seorang anak. Saya ingat, dulu saya terus menangis karena sedih," ujar Merry.
Harapan mereka sederhana, ingin meringankan beban Norma dengan berbagi cerita. "Bukan hal mudah, memang. Tapi kami harap kedatangan kami membawa sedikit kebahagiaan bagi Norma," lanjut Merry lagi. "Kalau berbagi kesenangan, semua orang bisa. Kami ingin berbagi semangat di saat kesusahan. Semoga bermanfaat."
Ade, Swita, Edwin