Curahan Hati Ibunda Alvin (1)

By nova.id, Selasa, 29 November 2011 | 23:18 WIB
Curahan Hati Ibunda Alvin 1 (nova.id)

Curahan Hati Ibunda Alvin 1 (nova.id)
Curahan Hati Ibunda Alvin 1 (nova.id)

"Selamat jalan si bungsu Alvin kebangganku (Foto: Swita A Hapsari) "

Tiga Kali Pamit

Ada yang aneh sebetulnya, sebelum Alvin menghadap Sang Pencipta. Di hari nahas itu, sebelum berangkat dari rumah, Alvin berpamitan hingga tiga kali. Siang itu aku memang berencana pergi ke rumah Reni di Tangerang. Reni sendiri sedang menunaikan ibadah haji. Sebelum aku pergi, Alvin pamitan. Anehnya, tak lama setelah pergi, Alvin balik lagi ke rumah. Begitu terus sampai tiga kali. Wajahnya seperti kebingungan. "Kenapa balik lagi?" tanyaku saat itu. Dia bilang, "Kuncinya lupa. Ibu hati-hati, ya," jawabnya seraya mencium tanganku.

Tak kusangka, itulah kali terakhir pertemuanku dengan Alvin. Sekitar pukul 21.00, aku yang sudah berada di Tangerang mendapat telepon dari Yoga, menantuku. Suaranya terdengar panik. "Bu, Alvin pingsan. Tolong Ibu segera pulang ke Cililitan." Berhubung Yoga hanya menyebut Alvin jatuh pingsan, aku tak punya pikiran apa-apa. "Sudah, Yoga saja yang urus," jawabku. Namun Yoga seperti mendesakku. "Tapi Alvin pingsan di GBK, Bu. Ibu pokoknya harus segera pulang," ujarnya.

Deg. Seketika rasa takut menyelimuti hatiku. Entah kenapa, perasaanku jadi tidak enak. Aku yakin, pasti ada apa-apa dengan anak bungsuku. Tergesa-gesa aku minta untuk diantarkan pulang ke rumah.

Sepanjang perjalanan, aku terus melafalkan dzikir dan doa. Hanya satu yang kuinginkan, Alvin sehat walafiat di rumah. Begitu mendekati rumah, perasaaku semakin galau. Hatiku pun langsung menciut ketika melihat kediaman kami dipenuhi orang. Saat turun dari mobil, banyak yang menyambutku dengan wajah sedih dan segera merangkulku. Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan anakku?

Sejurus kemudian,  Rini sudah bersiap menyambut di depan rumah, menyampaikan kabar buruk itu. Alvin tewas terinjak-injak di GBK! Seketika aku merasa seakan melayang jauh sementara tubuhku lemah lunglai.

Swita A Hapsari / bersambung