Saat awal H Syarifuddin buat pempek tahun 1985 di Dusun Pemulutan, banyak terdapat ikan gabus. "Setiap hari papa lihat orang berbondong-bondong lewat dengan sepeda ontel bawa ikan gabus. Mereka jual ke pasar 10 Ulu. Jika ikan tak habis, mereka singgah di 1 Ulu dekat rumah ortu saya. Daripada tak laku, ikan-ikan itu dijual pada orangtua saya dengan harga murah. Papa yang beli, mama Hj Aisyah Dencik yang buat pempek."
Pertama cuma buat sedikit untuk makan di rumah dan jika ada sisa dibagi tetangga. "Mungkin karena pempek bikinan mama enak dilidah, jika ada orang hajatan banyak yang mesan. Bahkan, papa juga nitip ke toko-toko di pasar 16. Nah tahun 85' itulah mulai dititip di pasar-pasar."
Pempek bikinan Hj Aisyah langsung digemari pembeli. Namun, "Saat itu orang bingung mau nyebut nama pempek kami. Belum ada 'brand'. Karena nama panggilan papa Syarifudin maka brandnya jadi Mangdin yang artinya Mang adalah panggilan om bagi warga Palembang dan Din diambil dari nama Syarifuddin. Angka 679, itu adalah nomor rumah kami. Ki Agus Syarifuddin disingkat jadi Kgs H Syarifuddin."
Dulu,kata Agus, sistemnya masih modal kepercayaan. " Kami nitip pempek pada orang. Tapi, kendalanya orang tak mau rugi. Kalau ada pempek yang rusak hari itu juga dikembaliin pada kami dan pempek itu akan di buang." Mangdin juga pernah ditipu Rp 10 juta. "
Ada orang toko yang tak mau bayar. Itu terjadi di tahun 88'. Padahal," modal awal lumayan gede lho. Sehingga kami harus mulai dari awal lagi. Sempat 'down' juga. Tahun 90' dan sampai sekarang Alhamdulillah omzet kami setiap cabang Rp 3 juta/hari. Sekarang cabang di Palembang ada 3 yakni di Jl Kertapati, Jl Sudirman dan Plaju. Itu belum yang di toko-toko," ujar Agus yang sejak SD sudah bantu-bantu usaha ortu," sejak nangani pusat, saya mengelola dan menyuplai ke cabang-cabang."
Slogan Pempek Mangdin yakni harga bersaing tapi merakyat. Mangdin sudah langganan resmi di Lampung dan Yokyakarta beberapa tahun lalu," aku Agus yang dipercaya orang tuanya menangani pempek sejak 2007. "Saya juga sering lho pameran di JCC."
Ada dua belas jenis pempek yang dibikin seperti Pempek Kulit, Adaan, Keriting, Telor kecil, Lenjer kecil, Pempek Tahu, Pempek Pastel, Pempek Kapal Selam, Pempek Lenjer Besar dan lain-lain. " Harga pempek kecil Rp 1500/buah dan yang besar Rp 7000/buah tapi kapal selam dan lenjer Rp 10 ribu/buah." Untuk pembelian per paket, dari paket termurah Rp 50 ribu, isinya sekitar 33 buah.
"Pempek juga banyak dipesan untuk resepsi perkawinan, arisan dan lain-lain. Bahkan, pempek kami juga banyak dibawa orang ke luar kota bahkan luar negerin seperti Malaysia dan Singapura. Kami pakai packing dan ada capnya. Ketahanan pempek ini sekitar 3-4 hari. Bisa seminggu masuk dalam kulkas dengan syarat harus diberi tepung di luar. Itu yang bikin dia tahan karena kedap udara," ujar Agus menjelaskan yang paling digemari orang, pempek ukuran kecil dan pempek kapal selam. Sehari-hari dia harus menyediakan bahan baku ikan 50 kg dan tepung sagu 50 kg.
Dengan kegigihannya, 2010 Agus dapat penghargaan Wirausaha Muda Mandiri juara 1 tingkat wilayah Sumatera Selatan dan finalis Wirausaha Muda Mandiri Nasional tahun 2011.
Debbi Safinaz