Lain lagi keunikan Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara. Di sana merupakan sentra kerajinan patung dan ukir. "Patung sebagai brand. Ukiran lain juga dikerjakan perajin di sini. Ini untuk memetakan sentra kerajinan. Nah, perajin patung di sini juga bermacam-macam. Ada yang membuat patung kecil sampai ukuran raksasa. Ada patung binatang, mainan dakon, tempat tisu, wadah pensil, perahu, jam dinding, dan seterusnya," kata Legiman Arya (32), salah satu tokoh perajin.
Legiman mengisahkan, semula ia belajar seni membuat patung ke Bali. Ketika pulang ke kampung halaman, ia memadukan unsur Bali dan seni ukir Jepara. Geliat kerajinan patung makin tumbuh di era tahun 1998-1999. "Semula, orang kenal seni patung hanya dari Bali. Lama-kelamaan orang paham, Jepara juga ada seni membuat patung. Setelah makin menggeliat, Pemda menjadikan kawasan ini menjadi sentra kerajinan patung."
Dengan beragamnya kreasi patung di Mulyoharjo, pasar juga mudah memilih sesuai keinginan. "Selain belanja, pengunjung bisa juga menyaksikan saat para perajin membuat karya. Tempat usaha memang banyak yang jadi satu dengan bengkel kerja," kata Legiman.
Menurut Legiman, belakangan ini ia fokus membuat patung ukuran besar. Sebagian karyanya untuk konsumsi ekspor. "Untuk seni patung, banyak pesanan datang dari Cina. Oh ya, pasar seni patung memang untuk ekspor, perbandingannya 60:40. Belakangan saya paham, masyarakat Cina punya pandangan bahwa seseorang dikatakan mapan bila sudah punya koleksi patung kayu, kalau bisa yang utuh. Mungkin karena pengaruh budaya. Kayu, kan, merupakan salah satu unsur benda yang kabarnya mengandung unsur rezeki. Mereka cenderung mengoleksi patung kayu."
Dengan omset usaha sampai puluhan juta rupiah. Legiman tiap bulan butuh kayu sampai 15 kubik. "Untuk patung, kami salah satunya memakai kayu trembesi. Kami mendatangkan dari luar kota seperti Klaten dan Magelang."
Henry Ismono