Rosita Suwardi Wibawa, Modal Gaji Suami

By nova.id, Kamis, 3 November 2011 | 23:09 WIB
Rosita Suwardi Wibawa Modal Gaji Suami (nova.id)

Rosita Suwardi Wibawa Modal Gaji Suami (nova.id)
Rosita Suwardi Wibawa Modal Gaji Suami (nova.id)

"Foto: Dok Pri "

Sewakan Tanaman

Sebagai langkah awal, pada 2003 Rosita membuat proposal penyewaan bunga yang ia bawa ke beberapa kantor di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan. Dua minggu setelah menyebarkan proposal, tawaran sewa mulai datang. Lantaran tak lagi punya penghasilan, Rosita meminjam gaji suaminya, Wibawa Prasetyawan (38), sebesar Rp 250 ribu untuk berbelanja sekitar 10 buah tanaman lengkap dengan potnya.

Satu pot tanaman ia sewakan seharga Rp 15 ribu per bulan dengan sistem kontrak. Di akhir bulan, Rosita sudah bisa mengembalikan pinjaman pada suaminya. "Pesan suami cuma satu, hati-hati kalau punya usaha berdasarkan hobi. Sebab ketika usaha tidak menguntungkan pun, rasanya tidak jadi masalah."

Uang sewa tanaman ia putar untuk membeli tanaman lagi. Begitu seterusnya, sehingga akhirnya usaha yang diberi nama Rumah Daun ini berkembang. Kantor-kantor di kawasan Sudirman seperti di Gedung Summit Mas, BEJ, Auto Mall, Bank Niaga, sampai Plasa Semanggi, menjadi klien tetap Rosita.

"Saya belajar otodidak dari buku," tandas Rosita yang makin lama makin berani menerima pesanan rangkaian bunga meja, bunga papan, dekorasi pernikahan, bunga ucapan ulangtahun, orang sakit, melahirkan, dan sebagainya. Dalam waktu dua tahun, hasil usahanya bisa dibelikan sebidang tanah untuk memperluas bisnis nursery miliknya. Selain itu, ia juga mempekerjakan dua karyawan tetap dan beberapa orang pekerja lepas.

Tahun 2005, Rosita dan kedua anaknya diminta ikut sang suami yang mendapat beasiswa pendidikan ke Inggris. Agar bisnis terus berjalan, perempuan yang gerah melihat lahan gersang ini menawari karyawannya untuk meneruskan pengelolaan. "Ternyata enggak ada yang berani. Terpaksa saya jual, kebetulan ada klien yang bersedia membeli. Rasanya seperti menjual bayi, karena saya memulai bisnis ini dari nol. Baru saja berkembang tapi terpaksa dijual."