Serunya Cerita Komunitas Onthel Jogja (2)

By nova.id, Senin, 26 September 2011 | 23:18 WIB
Serunya Cerita Komunitas Onthel Jogja 2 (nova.id)

Serunya Cerita Komunitas Onthel Jogja 2 (nova.id)
Serunya Cerita Komunitas Onthel Jogja 2 (nova.id)

"saling bertukar pendapat saat rapat atau kumpul (Foto: Nove) "

Berawal dari tiga orang, kini anggota Podjok sudah mencapai 750 orang. "Bagi yang mau mendaftar gampang saja, proses administrasi dan pengambilan foto diproses di tempat. Setiap anggota ditarik uang pendaftaran Rp 20 ribu untuk seumur hidup. Mereka akan mendapatkan pin logam tanda keanggotaan Podjok dan kartu anggota resmi Podjok. Bagi yang tidak memiliki sepeda pun boleh ikut."

Podjok juga sudah menyelenggarakan berbagai acara nasional. Seperti Djokdja Onthel Carnival, pameran sepeda bertema Indische Fietsen 2010 yaitu sepeda onthel yang pernah merajai jalanan kota-kota di Indonesia di masa lalu. Atau memproduksi dalam jumlah terbatas kaos eksklusif event Djokdja Onthel Carnival 2010.

Kaos itu dipersembahkan kepada para kawan, sahabat, dan mitra Podjok untuk memberi simpati pada kampanye kembali bersepeda demi masa depan bumi yang lebih baik. "Podjok bisa bekerja sama sosial untuk sekolah, universitas, LSM, yayasan, ormas, atau program CSR (Corporate Social Responsibility). Juga untuk kepentingan bisnis perusahaan dalam kegiatan promosi dan branding. Tapi untuk kegiatan politik tidak dapat dilakukan," tandas Towil.

Suka duka pun dialami Towil, mulai dari informasi yang tidak sampai ke anggota, sampai soal sepeda yang rewel saat acara. "Tapi itu hal biasa, dibandingkan sukanya bisa kumpul, tukar informasi, atau share soal banyak hal. Tak hanya soal sepeda tapi juga wawasan lain," papar bapak satu anak ini.

Malah, pekerjaan Towil pun tak jauh-jauh dari urusan sepeda, yaitu sebagai guide wisata menggunakan sepeda di Desa Bantar Sentolo, Kulonprogo. "Wisatawan saya ajak keliling desa pakai sepeda. Selain memperkenalkan tempat wisata di Yogyakarta mulai dari Borobudur, Prambanan, Malioboro, juga menikmati pemandangan di pedesaan atau melihat rumah-rumah Jawa, dan berkomunikasi dengan penduduk desa."

 Nove