Gilang Hanya Terkenal di Dunia Maya

By nova.id, Kamis, 22 September 2011 | 12:03 WIB
Gilang Hanya Terkenal di Dunia Maya (nova.id)

Gilang Hanya Terkenal di Dunia Maya (nova.id)

"Gilang Perdana (ist) "

Meski bentrokan antara siswa SMA 6 Jakarta dengan wartawan sudah beberapa hari berlalu, hampir setiap orang yang lalu lalang di depan sekolah itu masih saja menoleh ke sana. Beberapa di antara mereka tampak menunjuk-nunjuk. Akibat bentrokan pada hari Senin (19/9) itu, menurut Riska, siswa kelas 3 SMA 6 Jakarta yang minta nama aslinya disamarkan, para siswa banyak dirugikan.

"Kami rugi waktu, karena seharusnya sejak Senin hari kejadian itu sampai Jumat (23/9)Ulangan Awal (Uwal). Pada saat kejadian, kami juga sedang ulangan. Tapi dengan adanya kejadian itu, kami libur empat hari dan Uwal diulang Senin (24/9) besok. Padahal udah setengah mati berhari-hari belajar," ujar gadis berambut ikal ini.

Selain itu, imbuh Riska, rugi fisik juga diderita teman-temannya yang ikut tawuran. "Ada yang giginya copot dua, ada yang berdarah-darah. Bahkan beberapa guru juga dipukuli. Saya melihat semua kejadian itu dari balik pagar sekolah, dan saya ikut membantu menolong teman-teman yang terluka. Semua guru pria keluar dari pagar sekolah dengan maksud untuk memediasi, tapi malah ikut dipukul," tandas Riska.

Menurut Riska, bentrokan itu juga melunturkan keinginan teman-temannya, juga dia sendiri yang kini menjadi reporter sebuah stasiun radio berita, untuk menjadi jurnalis. "Di banyak media massa, SMA 6 juga selalu disalahkan dan dipojokkan. Padahal, belum tentu kami salah," keluhnya.

Para siswa yang terlibat bentrok, menurutnya, masih remaja yang notabene emosinya masih labil. "Mereka masih mencari jati diri, hanya saja caranya salah. Selama saya bersekolah di sini, sering banget terjadi tawuran. Bukan karena memperebutkan sesuatu atau saling senggol, melainkan karena iseng. Ini yang salah," tutur Riska yang menyaksikan rekan-rekan prianya pulang sekolah dikawal polisi pada sore hari kejadian.

Akan halnya Gilang Perdana yang menuliskan rasa puasnya telah memukuli wartawan di akun twitter, Riska memberi penilaian senada. "Gilang itu murid kelas 1, dia sedang cari nama, tapi caranya salah. Dia hanya terkenal di dunia maya (sejak kejadian bentrokan), tapi tidak di sekolah ini. Soal Gilang, sekolah sudah lepas tangan karena dia sudah secara langsung mengakui perbuatannya, jadi itu urusan polisi," ujar Riska yang mengaku tidak tahu wajah Gilang.

Kancing Baju Koyak

Saat jumpa pers yang diadakan Rabu (21/9) siang, Kepala SMA 6 Jakarta Dra. Kadarwati Mardiutama, M.Si mengatakan, pihaknya menyerahkan penanganan kasus ini pada polisi yang kini tengah memeriksa 10 siswanya. "Kami mendukung upaya polisi untuk menyelidiki siapa yang memprovokasi bentrokan itu. Kalau memang terbukti ada siswa kami yang terlibat atau jadi tersangka, sesuai tata tertib sekolah, akan kami kembalikan pada orangtuanya," tandas Kadarwati.

Dengan kata lain, lanjutnya, dikeluarkan dari sekolah. Sejauh ini, pihaknya telah mengeluarkan 29 siswa dari sekolah karena melanggar peraturan, bahkan termasuk siswa yang baru dua bulan bersekolah. Pada hari kejadian, Kadarwati mengaku bersama para polisi membubarkan bentrokan. Ia yakin tidak ada siswanya yang membawa senjata tajam karena hari itu sedang Uwal.

Perihal Gilang, Kadarwati yang juga menjadi guru mata pelajaran Kimia mengatakan, malam hari setelah peristiwa itu ia langsung menelepon Gilang. "Dia menangis waktu saya telepon. Menurutnya, dia memukul wartawan karena tidak terima guru favoritnya dilempar mangkok. Saat itu, memang ada beberapa guru yang ikut jadi sasaran wartawan, termasuk guru perempuan yang kancing bajunya koyak di bagian kewanitaan."

Deni Mawardi, guru mata pelajaran Geografi, terkena lemparan mangkok dan punggungnya tersiram kuah. Peristiwa itulah yang diduga menjadi awal terjadinya bentrokan. Tujuh murid juga mengalami memar, antara lain Yuliansyah, Guntur, Dimas, dan Rizki. Dalam jumpa pers yang diadakan di ruang Audio Visual sekolah itu, Kadarwati juga mengungkapkan penyesalan dan permintaan maafnya jika memang terbukti siswanya adalah pelaku perampasan kaset wartawan Trans 7, Jumat (16/9).

Kadarwatiakan  berupaya membantu Okta, wartawan tersebut, mencari pelakunya. Pihaknya sudah memperlihatkan album foto seluruh murid SMA 6 agar Okta bisa mengidentifikasi pelaku jika memang siswa sekolah itu pelakunya. Kadarwati juga menyesalkan aksi damai yang semula diniatkan sejumlah wartawan berubah menjadi aksi provokatif dengan meneriaki guru dari balik pagar, menggoyang-goyang pagar sekolah, sampai memanjat pos satpam.

"Siswa kami masih remaja dengan emosi yang belum matang. Teriakan-teriakan seperti itu membuat emosi mereka dan para guru terpancing," ujar Kadarwati yang mengajak wartawan ikut mendidik anak bangsa agar perilakunya lebih terpuji lagi dan kasus ini terselesaikan dengan baik. Ditanya soal kesediaannya untuk dicopot dari jabatannya sebagai kepala sekolah karena adanya kasus ini, Kadarwati mengatakan terserah atasannya, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional.  

Hasuna Daylailatu