Derita Yulia Isti Handayani, Sang Penyanyi yang Kerap Dianiaya Suami (2)

By nova.id, Sabtu, 3 September 2011 | 02:09 WIB
Derita Yulia Isti Handayani Sang Penyanyi yang Kerap Dianiaya Suami 2 (nova.id)

Derita Yulia Isti Handayani Sang Penyanyi yang Kerap Dianiaya Suami 2 (nova.id)

"Aku membangun rumah ini dari hasil bekerja sebagai penyanyi. Tak satu rupiah pun ada campur tangan Jok," tegas Yulia yang ingin menata hidupnya kembali setelah bercerai dengan Jok (Foto: Henry Ismono) "

Tak Kuat Lagi

Aku makin merasakan kepedihan karena ia makin sering main pukul. Pernah ia pulang ke rumah, tanpa tahu sebabnya, marah-marah. Pasti, ia ada masalah. Ketika ditanya baik-baik, ia justru bertambah marah dan pukulan kembali melayang ke arahku. Setiap ada masalah, ia tidak pernah menyelesaikannya dengan baik, tapi selalu menganiaya.

Jika sudah begitu, aku langsung konsultasi ke LBH Seruni. Pernah, aku dan Jok sama-sama ke LBH Seruni. Jok seolah sadar dan membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya. Kenyataannya, ia tak pernah berubah. Sampai dua kali ia membuat surat pernyataan yang terus-menerus dilanggarnya.

Namun, aku mencoba mempertahan keutuhan rumah tanggaku. Apalagi, aku sudah gagal pada perkawinan pertama. Salah satu caranya, setelah menikah, aku tak lagi melanjutkan profesi sebagai penyanyi. Aku ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tahu sendiri, kan, kadang ada imej buruk dari masyarakat tentang sosok penyanyi. Tentu, aku tak mau suami cemburu karena aku sering dapat job dan mesti sering pergi sampai ke luar kota. Harapanku, pengorbanan ini bisa membuat rumah tangga kami langgeng.

Aku juga selalu berusaha agar keluarga tak tahu masalah rumah tanggaku. Sebagai anak ke-6 dari 9 bersaudara, aku dianggap menjadi tulang punggung keluarga. Ketika keluarga ada masalah, mereka selalu datang padaku. Lantas bagaimana bila aku yang dianggap sebagai muara ini, juga memendam banyak masalah?

Memang, aku tak bisa menutupi keresahanku kepada Putri. Ia pasti tahu ibunya sering jadi korban pemukulan. Pasti Putri punya beban. "Ibu kenapa?" katanya saat melihat wajahku lebam. Namun, aku selalu membesarkan hatinya. "Jangan memikirkan masalah Ibu. Rajinlah belajar," kataku memberi nasihat. Mudah-mudahan, sih, upayaku membuahkan hasil. Namun, sekarang ia sudah dewasa, sudah jadi mahasiswi. Ia pasti tahu riwayat kekerasan yang dialami ibunya.

Selama tiga tahun aku menyimpan sakit hati. Aku masih bisa terima. Tetapi, aku sudah tak kuat lagi ketika Jok juga ternyata menyakiti keluargaku. Ia pernah menipu kakakku soal tanah. Kakakku yang lain juga ia teror. Kakak yang satu ini tinggal menumpang di rumahku yang lain. Tanpa tahu alasannya, Jok menyebar cerita bohong ke tetangga kakakku. Ia baru saja menerima warisan dan sudah membagi-bagikan ke keluarga. Hanya kakak yang tidak diberi karena sudah menumpang di rumahku. Bahkan, ia pernah merayu adik iparku sampai adik perempuanku ketakutan dan meninggalkan rumah.

Menata Hidup Baru

Suatu kali, karena Jok juga membohongi adikku yang lain, aku marah kepadanya. Tetapi, aku hanya diam. Ia sempat mengungkapkan kata cerai. Bisa ditebak, ia kembali menghajarku dengan hebat di hari Sabtu (7/5), sampai wajahku ini luka bernanah. Hari itu juga aku kembali periksa dokter dan minta divisum. Pada hari Seninnya, didampingi LBH Seruni, akhirnya aku melaporkan kasus ini ke Polrestabes Semarang. Aku sudah tak kuat lagi.

Bersamaan dengan itu aku juga mintai cerai dan kini dalam proses sidang. Petugas menindaklanjuti laporanku. Kabar yang kudengar, ia sudah ditahan polisi. Aku berharap, penjara akan mengubahnya menjadi baik. Aku sudah memutuskan jalan terbaik, berpisah darinya.

Aku ingin menata hidupku, sambil terus mengikuti kasus ini. Aku berencana untuk kembali menekuni profesiku sebagai penyanyi. Tentu sambil terus mendampingi Putri yang kini sudah kuliah. Aku harap, Putri memahami keputusanku. Toh, ia pasti paham, ibunya selalu tertekan.

Satu lagi, aku berharap, cukup aku yang mengalami kasus ini. Namun, sendainya ada perempuan lain yang senasib denganku, jangan segan untuk mencari advokasi ke lembaga yang berwenang. Intinya, kekerasan dalam rumah tangga harus dihentikan!

 Henry Ismono